Eksportir Kopi Sebut Peninjauan GSP Bisa Sebabkan Ekspor Kopi Indonesia Tertekan
SEMARANG- Eksportir kopi Jawa Tengah menyebutkan, rencana Amerika yang akan melakukan peninjauan ulang aturan Generalized System of Preference (GSP) Indonesia akan menjadikan harga kopi nasional tertekan dan kian mahal di Amerika.
Wakil Ketua Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Jawa Tengah, Moelyono soesilo mengatakan, Amerika masih menjadi negara pengimpor kopi Indonesia terbesar, sehingga dikhawatirkan peninjauan GSP akan berdampak pada berkurangnya volume ekspor kopi Indonesia.
“Kopi arabika ekspor kita terbesar ke Amerika, kalau fasilitas GSP dicabut, ini akan menekan harga kopi Indonesia. Harga kopinya bisa lebih mahal dibandingkan negara central Amerika,” kata Moelyono soesilo, Rabu (25/7).
Dijelaskan, selain menekan harga, Indonesia juga terancam kehilangan pasar ekspor kopi lantaran para importir Amerika beralih mengambil kopi dari negara central seperti Columbia, Kostarika dan Uruguai karena harganya yang lebih murah.
Dia menambahkan, rasa kopi maupun aroma kopi yang bisa diubah dengan teknologi akan menyebabkan kopi dari negara central kian laku karena rasanya bisa disesuaikan dengan kopi Indonesia.
“Kalau harga lebih mahal, tentu biasanya akan pindah. Sedangkan kalau pebedaan rasa sekarang bisa diminimalisir dengan memakai teknologi,” ucapnya.
Dikatakan, saat ini rencana peninjaun GSP tersebut memang belum memberikan dampak. Namun harga kopi Indonesia yang saat ini lebih mahal 80 – 100% dibanding negara central juga perlu menjadi perhatian khusus agar ekspor tetap stabil.
“Kita perlu persiapkan bagaimana agar peninjaun GSP tidak terjadi. Hal ini bisa diselesaikan pemerintah yang sudah tanggap mulai evaluasi produk ekspor-impor Amerika,” jelasnya.
Dia melanjutkan, secara nasional ekspor kopi Indonesia mencapai 50 hingga 10 juta karung per tahun atau senilai US$400 juta. Dan pada tahun 2018 ini target ekspor kopi bisa mencapai 11.5 juta karung, sekitar 690 ribu ton.
“Target tahun ini 11.5 juta karung atau sekitar 690 ribu ton. Kalau 2017 kemarin sekitar 10 – 10.5 juta karung atau 600 – 630 ribu ton,” pungkasnya. (ZP/05)