Pemuda di Semarang Pilih Tekuni Dunia Bisnis

0
Kerjasama para pemuda wanita memasang payet untuk gaun di gallery Diandra Butik Pedurungan, Semarang belum lama ini.

SEMARANG – Hampir 50 persen pemuda Semarang lebih memilih menekuni dunia bisnis. Mudahnya terdaftar menjadi anggota Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) kota Semarang menjadi faktor pendukung.

Uforia pendaftaran Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) sudah terdengar. Kabarnya yang akan digelar Oktober tahun ini lumayan menyita para pemuda yang barusaja menjadi sarjana.

Kepala Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Litani Setyawati mengatakan, pendaftaran CPNS memang masih lama, namun memang jika ingin mendaftar bisa disiapkan mulai dari sekarang. Namun siapa sangka para pemuda Semarang justru lebih memilih bisnis untuk mencari pundi uang.

“Iya, CPNS tahun 2019 akan digelar tetapi masih lama. Saya rasa untuk minat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) pemuda Semarang tidak begitu banyak. Justru mereka lebih memilih bisnis untuk ladang pekerjaanya dan membuka lapangan pekerjaan,” katanya beberapa waktu lalu.

Faktor yang membuat para pemuda lebih memilih menjadi anggota UMKM karena syarat pendaftaran yang tidak ribet. Belum lagi mereka juga dapat mengatur waktu bisnisnya dengan kegiatan lagin seperti kuliah atau hobi.

“Mendaftar menjadi anggota UMKM kota Semarang saya rasa tidak sulit. Itu bisa menjadi faktor pertimbangan pemuda untuk lebih menekuni bisnis. Sekarang juga Pemerintah Kota sering sekali adakan pelatihan sehingga para pemuda bisa belajar,” imbunya.

Menggumpulkan KTP berserta lokasi usaha untuk menjadi anggota UMKM. Dengan bermodalkan gadget Sinta Santri salah satu pemuda wanita Semarang menekuni bisnisnya. Menjadi PNS memang keinginanya, namun menjadi pengusaha sukses adalah impiannya.

“Sehari bisa dapat untung Rp 10 ribu per baju. Padahal orang beli baju disaya sudah bukan satu atau dua, minimal satu lusin. Sehari paling sedikit Rp 500 ribu. Sebulan ya sekitar 15 juta,” jelasnya dengan membawakan kalkulator untuk menghitung omzet butiknya.

Keuntungan inilah yang membuat Sinta lupa untuk mendaftar sebagai pegawai. Dirinya yang awalnya hanya menyuplai pakaian kini harus mendesain sendiri karena tidak ingin kalah dengan kompetitornya. Jarak antara balik modalpun terbilang cepat. Hanya enam bulan dirinya sudah balik modal.

“Sudah tidak ingin lagi jadi pegawai, justru saya ingin yang menbukakan lapangan pekerjaan untuk temen-temen yang tidak bisa melanjutkan sekolah,” tandasnya. (ZP/07)

Tinggalkan pesanan

email kami rahasiakan

Verified by MonsterInsights