Dekranasda Semarang Latih Puluhan UMKM Kuasai Pencatatan Keuangan Digital

0

SEMARANG – Pemerintah Kota Semarang melalui Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) terus berupaya memperkuat daya saing pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Salah satunya melalui program Sosialisasi dan Pendampingan Penggunaan Sistem Informasi Aplikasi Pencatatan Informasi Keuangan (SIAPIK), aplikasi pencatatan keuangan digital yang dikembangkan oleh Bank Indonesia (BI).

Program ini bertujuan meningkatkan literasi keuangan, kedisiplinan pencatatan usaha, serta kemampuan manajerial pelaku UMKM agar semakin tangguh dan siap naik kelas.

Kepala Bagian Perekonomian dan Sumber Daya Alam (SDA) Setda Kota Semarang, Ima Kurnia Dewi, mengapresiasi inisiatif Dekranasda dalam memperkuat ekosistem UMKM di Kota Semarang. Menurutnya, pendampingan berbasis aplikasi seperti SIAPIK menjadi solusi konkret dalam mendorong transformasi digital di sektor usaha kecil.

“Kami selalu berharap yang terbaik bagi perkembangan UMKM Kota Semarang. Selama ini sudah banyak pihak yang membantu, namun dengan adanya Dekranasda yang semakin aktif dan profesional, kami yakin penanganan permasalahan UMKM bisa lebih tepat sasaran,” ujarnya, Kamis (23/10/2025).

Ia menjelaskan, pelatihan SIAPIK membantu pelaku usaha memahami posisi dan kondisi keuangan mereka secara lebih jelas. Melalui pendampingan tersebut, permasalahan bisnis dapat diidentifikasi lebih dini dan ditangani sesuai kebutuhan.

“Banyak UMKM yang belum tahu harus mulai dari mana. Melalui pendampingan seperti ini, mereka jadi bisa memetakan masalah, mengetahui posisi bisnis, dan menentukan langkah ke depan,” imbuhnya.

Sementara itu, Ketua Harian Dekranasda Kota Semarang, Syanas Nadya Winanto Putri, mengatakan program SIAPIK mendapat sambutan positif dari para pelaku usaha. Dari 125 pendaftar, sebanyak 100 peserta mengikuti sosialisasi, dan 40 di antaranya berkomitmen menjalani pendampingan penuh selama tiga bulan.

“Peserta wajib menandatangani surat komitmen karena pelatihannya cukup intens. Mereka belajar dari pukul 08.00 sampai 16.00 dan wajib mengisi laporan pembukuan setiap minggu. Ini melatih kedisiplinan dalam mencatat keuangan usaha,” jelasnya.

Pendampingan dilakukan melalui teori dan praktik dengan bimbingan mentor, termasuk konsultasi rutin lewat grup WhatsApp. Kegiatan juga disertai penilaian bagi peserta terbaik, tidak hanya berdasarkan omzet, tetapi juga konsistensi, keaktifan, serta kemampuan menerapkan ilmu dalam bisnis mereka.

Hasil evaluasi menunjukkan peningkatan signifikan dalam pemahaman keuangan peserta. Berdasarkan survei sebelum dan sesudah pelatihan, sebagian besar peserta kini memahami konsep arus kas, laporan laba rugi, serta mampu mengelola modal secara lebih efisien.

“Kalau dulu banyak yang tidak tahu apa itu arus kas atau modal sehat, sekarang mereka sudah bisa mengelola keuangan dengan lebih baik, bahkan mulai percaya diri untuk mengakses pembiayaan ke perbankan,” ungkap Syanas.

Dalam kegiatan tersebut, tiga peserta terbaik mendapat penghargaan. Juara pertama diraih Arneta dari usaha Batik Puspa Laras dengan hadiah Rp10 juta. Juara kedua, Nurul Qomariyah dari Nurulshine, menerima Rp7,5 juta, dan juara ketiga, Neny Ratna dari usaha Nine Gula Aren, memperoleh Rp5 juta.

Namun, menurut Syanas, manfaat terbesar dari program ini bukan pada hadiah, melainkan pada ilmu, pengalaman, dan jejaring usaha yang diperoleh peserta.

“Output program ini bukan sekadar penghargaan, tapi juga networking yang luas. Peserta terhubung dengan perusahaan dan lembaga keuangan, sehingga peluang usaha mereka semakin terbuka,” pungkasnya.*

 

Tinggalkan pesanan

email kami rahasiakan

Verified by MonsterInsights