Tokoh Agama: Toleransi, Penyelaras Keberagaman
GUNUNGPATI- Secara garis besar, semua tokoh lintas agama memahami bahwa toleransi merupakan perkara mulia dan menjadi penyelaras keberagaman bangsa. Tidak hanya itu, penanaman jiwa patriotisme bagi anak bangsa Indonesia juga sepatutnya dilakukan. Penanaman jiwa tersebut sebagai wujud menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) serta sebagai gambaran Bhinneka Tunggal Ika.
“Semua tokoh agama meyakini habwa toleransi menjadi penyelaras keberagaman. Ini merupakan terobosan menarik dalam menanamkan jiwa patriotisme sebagai anak bangsa,” kata Koordinator Persaudaraan Lintas Agama (Pelita), Budi Setiawan.
Dia mengatakan hal itu saat menjadi narasumber di acara Kemah Bakti Nusantara yang diselenggarakan GP Ansor Kota Semarang, Pelita dan Kesbangpol Kota Semarang di Hutan Wisata Tinjomoyo, Dukuh Tinjomoyo, Kelurahan Sukorejo, Gunungpati, Semarang, Minggu (9/9).
Di samping itu, kata dia, komposisi peserta yang terdiri dari berbagai agama tersebut mengisyaratkan gambaran kebhinekaan di Tanah Air Indonesia yang disatukan semangat nasionalisme.
“Semoga melalui kegiatan ini, para pemuda penerus bangsa semakin mampu menjaga persatuan dan kesatuan NKRI. Karena cinta tanah air merupakan bagian dari iman,” imbuhnya.
Narasumber berikutnya, Romo Aloys Budi Purnomo yang pada kesempatan diminta memberi pandangan tentang kebangsaan mengatakan, pentingnya merawat kebhinnekaan Indonesia. Menurutnya, persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia merupakan keniscayaan.
“Selama 10 tahun terakhir, saya merajut silaturahmi dengan para tokoh lintas agama seperti, Habib Lutfi bin Yahya, KH Mustofa Bisri (Gus Mus), Buya Safi’i Maarif, Bante Pannavaro dan sejumlah tokoh agama lainnya. Ini penting, demi persatuan bangsa Indonesia,” ucapnnya.
Pria yang juga sebagai Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang menyatakan bersyukur. Sebab, tanggapan para tokoh agama baik. Mereka sepakat, menjaga persaudaraan antar suku, agama, dan budaya adalah modal utama dalam menjaga NKRI.
“Ada banyak data yang bisa diakses dari youtube tentang toleransi. Bahan-bahan pengalaman nyata,” ujarnya.
Semua data itu, kata Romo Budi, lantas diajarkan di Gereja-Gereja Katolik. Intinya mengajak umat supaya berpandangan positif terhadap keberagaman. Maka, Gereja tidak menolak apa pun yang baik, benar dan suci yang terdapat dalam agama lain dan kebudayaan yang ada.
Ditambahkan, Gereja Katolik mendorong umatnya berdialog dan bekerja sama dengan semua orang dan lembaga dengan memberikan kesaksian tentang kebaikan.
“Peristiwa seperti di Kota Semarang oke banget. Ini Harus dilanjutkan,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua GP Ansor Kota Ansor Rahul Saiful Bahri mengatakan, kebersamaan, saling hormat menghormati adalah kunci utama dalam berbangsa dan bernegara. (ZP/05)