Dua Desa Binaan CSR Pertamina Dinobatkan Sebagai Desa Wisata Berkelanjutan dari Kemenparekraf
SEMARANG – Dua desa yang dibina oleh Pertamina melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) menerima penghargaan sebagai Desa Wisata Berkelanjutan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Kedua desa tersebut di antaranya Desa Nglanggeran di Kabupaten Gunung Kidul dan Desa Lerep di Kabupaten Semarang, yang masuk ke dalam daftar 16 Desa Wisata Berkelanjutan yang terpilih dari seluruh desa di Indonesia.
Penghargaan diserahkan langsung oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno kepada Kepala Desa Nglanggeran, Senen dan Kepala Desa Lerep, Sumaryadi di Jakarta pada Selasa (2/3). Di tengah acara tersebut, Sandiaga Uno menjelaskan penerapan standar Desa Wisata Berkelanjutan berfokus kepada 3 aspek yaitu sosial, lingkungan dan ekonomi.
“Melalui program sertifikasi desa wisata berkelanjutan, Kemenparekraf ingin mendorong desa-desa wisata di Indonesia agar lebih berkualitas, lebih kredibel, dan mampu berkolaborasi serta bersaing secara domestik dan internasional,” ujarnya.
Sandiaga menuturkan, untuk membangun quality tourism memerlukan beberapa syarat seperti infrastruktur, konektivitas, pemasaran, hingga daya tarik pariwisatanya sendiri sehingga mampu meningkatkan kualitas wisata serta kenyamanan dan keamanan destinasi wisata.
Unit Manager Communication, Relations, & CSR Pertamina Pemasaran Regional Jawa Bagian Tengah, Brasto Galih Nugroho menyebut, Pertamina telah menjalankan program CSR untuk mengembangkan desa wisata berkelanjutan sejak tahun 2011 dimulai dari Desa Nglanggeran.
“Beberapa bantuan yang telah diberikan di antaranya pembangunan waduk tadah hujan di puncak bukit dengan volume 8.000-10.000 m3 sebagai irigasi pertanian alami, perbaikan infrastruktur dan fasilitas penunjang wisata, serta berbagai pelatihan peningkatan kapasitas dan pemberdayaan ekonomi kepada kelompok tani dan kelompok sadar wisata (Pokdarwis) setempat,” imbuh Brasto.
Dari program tersebut, Brasto menjelaskan berhasil meningkatkan kesejahteraan setidaknya 4.200 penduduk desa di mana rata-rata pendapatan per keluarga mulai dari Rp 1,5 juta hingga Rp 11,5 juta dalam satu bulan.
“Setiap kepala keluarga mendapat alokasi tanah untuk bercocok tanam sebesar 2.000 m2 dengan total keseluruhan lahan seluas 30 hektar. Di lahan tersebut telah tertanam setidaknya 4.500 pohon durian dengan teknologi cocok tanam modern dan menghasilkan pendapatan tertinggi hingga Rp 140 juta per tahun. Tidak hanya itu, Desa Wisata Nglanggeran juga telah menciptakan alternatif pendapatan masyarakat lainnya seperti homestay, kuliner, parkir, ticketing, konser musik, kunjungan studi, dan sebagainya,” jelas Brasto.
Keberhasilan pengembangan Desa Wisata Nglanggeran pun direplikasi ke lokasi lainnya, yakni di Desa Lerep, Kabupaten Semarang sejak tahun 2018. Bantuan yang diberikan berupa perawatan waduk mini geomembran serta budidaya durian yang dilengkapi pengairan alami dengan memberdayakan kelompok masyarakat setempat.
“Desa Lerep kini menjadi salah satu destinasi wisata alam yang digemari oleh masyarakat di Jawa Tengah,” tuturnya.
Dirinya menambahkan program ini merupakan bagian dari implementasi ESG (Environment, Social, Governance) yang mendukung upaya Pertamina sesuai dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 1 (Menghapus Kemiskinan), nomor 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), dan nomor 15 (Menjaga Ekosistem Darat).
“Kami berharap penghargaan yang diterima Desa Wisata Nglanggeran dan Desa Wisata Lerep dapat memotivasi masyarakat setempat untuk terus meningkatkan kualitas wisata serta menjadi percontohan untuk kami replikasi pada program CSR di lokasi lainnya,” tutup Brasto.(zav)