Pendapatan Kuartal 3/2022 Astra International Naik 32%
ZONAPASAR.COM, JAKARTA – PT Astra International Tbk (Perseroan atau Astra) pada kuartal 3/2022 berhasil membukukan pendapatan bersih konsolidasian Grup pada sembilan bulan pertama tahun 2022 sebesar Rp221,4 triliun. Jumlah tersebut meningkat 32% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Adapun laba bersih Grup, tanpa memperhitungkan keuntungan nilai wajar atas investasi pada GoTo, mencapai Rp22,2 triliun, atau 49% lebih tinggi dari sembilan bulan pertama tahun 2021.
Presiden Direktur PT Astra International Tbk, Djony Bunarto Tjondro mengatakan, jika memperhitungkan keuntungan nilai wajar tersebut, laba bersih Grup meningkat sebesar 56% menjadi Rp23,3 triliun. Peningkatan ini mencerminkan kinerja yang lebih baik dari hampir semua divisi bisnis, terutama divisi alat berat dan pertambangan, otomotif dan jasa keuangan Grup.
“Penjualan mobil meningkat 20%, sementara penjualan sepeda motor menurun 8%. Selanjutnya, harga komoditas yang lebih tinggi mendorong kinerja yang baik dari penjualan alat berat dan bisnis pertambangan,” katanya.
Ditambahkan, nilai aset bersih per saham pada 30 September 2022 sebesar Rp4.674, 10% lebih tinggi dibandingkan pada 31 Desember 2021. Sedangkan kas bersih, tidak termasuk anak perusahaan jasa keuangan Grup, mencapai Rp37,1 triliun pada 30 September 2022, dibandingkan dengan Rp30,7 triliun pada akhir tahun 2021.
“Utang bersih anak perusahaan jasa keuangan Grup mencapai Rp41,5 triliun pada 30 September 2022 dibandingkan dengan Rp39,2 triliun pada akhir tahun 2021,” imbuhnya.
Secara umum, lanjutnya, kinerja Grup sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2022 cukup baik, terutama didukung oleh pemulihan ekonomi dan harga komoditas yang lebih tinggi.
Menurutnya, kinerja bisnis pada sisa tahun ini diperkirakan akan tetap baik. Hal ini terutama didukung oleh pemulihan ekonomi dan harga komoditas yang lebih tinggi.
“Namun, prospek bisnis ke depan dapat menghadapi tantangan yang disebabkan oleh tingkat inflasi yang lebih tinggi, meningkatnya suku bunga dan tekanan ekonomi makro global,” tandasnya.(ule)