Pengembang Properti di Jateng Keluhkan Sistem OSS Belum Optimal

SEMARANG- Kalangan pengembang properti di Jawa Tengah mengeluhkan pelayanan sistem online single submission (OSS) atau pelayanan perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik yang belum sepenuhnya optimal.
Ketua DPD REI Jateng, MR Prijanto mengatakan, sistem OSS yang diklaim dapat memudahkan izin justru membuat kalangan pengembang tersendat-sendat lantaran sistem yang belum siap.
“Kemudahan perizinan malah agak tersendat-sendat. Sistem OSS yang mestinya tinggal klik langsung ke luar, namun alatnya belum mampu, sehingga kita terhambat,” katanya, Rabu (13/2).
Disebutnya, belum optimalnya layanan tersebut membuat pembangunan rumah subsidi bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), mengalami penurunan cukup lumayan.
Di mana pada 2016 REI masih bisa membangun sebanyak 11.500 unit rumah, turun menjadi 9.000 unit di 2017, dan 8.900 unit pada 2018.
Pihaknya berharap sistem OSS bisa terus dibenahi agar pengembang bisa lebih cepat dalam mengurus izin.
“Hambatan cukup banyak termasuk perizinan itu, ditambah ada pembiayaan kredit yang tidak langsung kencang setiap bulan langsung transaksi. Kemudian ketersediaan lahan juga semakin sedikit,” ujarnya.
Dikatakan, kesulitan lahan memang begitu terasa di Kota Semarang. Harga tanah yang sudah tinggi membuat pengembang tidak bisa membangun rumah subsidi tersebut.
“Sedangkan kalau bangun rumah susun kesulitan ada di pembeli yang tidak mampu mengangsur, karena UMP Jateng menjadi terendah se nasional. Dua orang kerja saja tidak mampu membayar rumah susun, sehingga pengembang sulit untuk membangun,” jelasnya.
Berbeda dengan rumah non subsidi, rumah komersial di Semarang mengalami permintaan cukup bagus. Terlihat dari berbagai pameran yang dihelat rumah seharga Rp 350 hingga 1 miliar dan Rp 1 – 3 miliar laris terjual. (ZP/05)