SEMARANG, ZONAPASAR.COM – Pupuk organik produksi PT Sido Muncul Pupuk Nusantara (SMPN) mampu meningkatkan hasil panen petani binaan Sido Muncul.
Salah satunya sudah dibuktikan saat proses ubinan padi di Sukoharjo yang disaksikan oleh Dinas Pertanian, Balai Pusat Statistik, Balai Penyuluh Pertanian, dan petani.
PT. Sido Muncul Pupuk Nusantara (SMPN) pun kini terus berinovasi dalam mengembangkan produksi pupuk organik cair.
Direktur Utama PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul David Hidayat mengatakan pengembangan produksi pupuk organik cair itu sebagai upaya untuk mendorong peningkatan produksi hasil tanam petani di berbagai daerah.
Selain itu, lanjutnya, Sido Muncul Pupuk Nusantara juga berusaha maksimal untuk ikut berkontribusi dalam program pemerintah yaitu ketahanan pangan melalui pembuatan pupuk organik cair dan padat.
“Sebagai bagian dari industri berkelanjutan, kami berfokus pada bahan-bahan organik untuk pembuatan pupuk kami yaitu dengan bahan dasar limbah jamu,” ujar David yang juga sebagai Direktur Utama Sido Muncul Pupuk Nusantara, Selasa (13/9).
David menambahkan secara nyata pupuk organik cair produksi SMPN mampu meningkatkan hasil panen para petani binaan. Bahkan hasilnya sudah dibuktikan saat proses ubinan di Sukoharjo yang juga didampingi oleh BPS, BPP, PPL dan para petani di daerah itu.
Sehari sebelumnya, Inspektur Jendral Kementerian Pertanian (Irjen Kementan) Jan Samuel Maringka telah melakukan pengawasan on the spot hasil panen padi Kabupaten Sukoharjo itu. Pengecekan itu bertujuan memastikan kebenaran hasil ubinan yang berada di atas rata-rata.
Pengecekan dilakukan di RT 003/RW 002, Dukuh Bangun Asri Desa Kateguhan, Tawangsari, Sukoharjo, Senin (12/9). Hasil ubinan menunjukkan adanya selisih kenaikan 26% untuk tanaman yang menggunakan pupuk organik cair milik Sido Muncul Pupuk Nusantara.
“Kami melihat ada keberhasilan di wilayah ini. Kami juga membawa kementerian untuk menguji bahwa ini laporan sebenarnya. Kemudian nanti akan kami kembangkan, kami sampaikan kepada pimpinan,” tutur Irjen Kementan, Jan saat pengecekan di lokasi itu.
Dalam kegiatan itu, dia memastikan ubinan padi yang dilakukan atas kolaborasi dari Pemda Sukoharjo, Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), dan Sido Muncul Pupuk Nusantara sesuai dengan yang dilaporkan. Ubinan merupakan satu cara memprediksi jumlah produksi padi yang masih ada di lahan melalui penentuan sampel, pengukuran, dan penimbangan.
Dia menuturkan hasil laporan yang diterimanya, hasil panen mencapai 9,5 ton per hektare, 10 ton per hektare hingga 11 ton per hektare yang menunjukkan angka di atas rata-rata setelah penggunaan pupuk organik produk SMPM itu.
“Ternyata hasil diskusi dari petani dan SMPN, [pupuk] ini berasal dari limbah jamu. Kalau untuk manusia daya tahan cukup [karena jamu], tidak menutup kemungkinan limbah itu juga menyehatkan pertanian kita. Kalau memang berhasil di wilayah Sukoharjo, bukan tidak mungkin akan kami kembangkan di berbagai wilayah lain. Kehadiran kami sebatas pengawasan on the spot,” ujarnya.
Dia berharap kolaborasi itu dapat menghindari krisis pangan ke depan, mengingat apa yang dilakukan dalam upaya menghadapi krisis pangan dunia melalui pengadaan teknologi pertanian.
“Kami lihat di Indonesia penghasil beras terbesar di Jateng dan tingkat efisiensi memang di Sukoharjo adalah nomor satu [penghasil beras] di Jawa Tengah. Kami base on practice mana yang terbaik itu yang akan kami ikuti. Mudah-mudahan di pertanian lain tidak perlu melakukan penelitian. Apa yang sudah berhasil di sini bisa kita dukung untuk percepatan pertanian,” tuturnya.
Petani Sukoharjo, Sukirno berharap pendampingan dari SMPN tidak berhenti di situ. Bahkan juga keluh kesah petani terkait pengadaan pupuk bisa direspons dan direkomendasikan Irjen Kementan melalui optimalisasi lahan atau program lain.
“Kami selaku petani memang berusaha bagaimana kemandirian petani agar tidak ketergantungan dari sisi pupuk-pupuk kimia, termasuk [pupuk] subsidi. Agar petani ke depan bisa mandiri dan hasilnya per hektare kurang lebih 9 ton,” ujarnya.
Dia mengatakan dengan produk pupuk SMPN yang berupa pupuk cair organik, dapat mengurangi tingkat kerusakan tanaman/hama. Tanaman juga lebih sehat dengan pupuk organik itu.
“Semoga ini bisa dikerjasamakan dengan pihak-pihak yang memberikan satu dukungan pada para petani,” tuturnya.
Sementara itu, Management Representative Sido Muncul Pupuk Nusantara, Rafael Armen, menuturkan kenaikan selisih panen berkisar 1,71 ton per hektare usai penggunaan pupuk organik cair.
“Kami laporkan hasil ubinan yang sudah dilakukan oleh rekan-rekan [balai pelatihan pertanian] BPP, [penyuluh pertanian lapangan] PPL dan petani. Hasil sebesar 8,2 ton per hektare untuk demplot yang menggunakan pupuk organik cair. Sedangkan yang tidak memakai pupuk organik cair bobot ubinnya 6,49 ton/hektare,” ujarnya.
Dengan demikian, lanjutnya, selisihnya 1,71 ton/hektare. Pencapaian hasil di atas hasil rata-rata pupuk konvensional ini kami dapatkan di setiap musim panen. (alkomari)