POJOKSEMARANG.COM – Menko Polhukam Prof Mahfud MD menyampaikan apresiasi kepada PWI Jawa Tengah mewakili pers bersama Universitas Semarang sebagai salah satu kampus di Kota Semarang yang berkolaborasi dalam membangun nilai-nilai kebangsaan di kalangan mahasiswa dan masyarakat umum.
Pentingnya nilai-nilai kebangsaan ini, lanjut Mahfud, lantaran kondisi kondisi sosial politik seperti sekarang ini yang dibutuhkan penguatan ideologi dan wawasan kebangsaan.
Terlebih lagi kalau perkembangan media online dan media sosial yang marak hoax dan disinformasi. Digitalisasi informasi berdampak signifikan terhadap arus informasi ke masyarakat, termasuk dampak negatif yang cukup memprihatinkan.
Hal itu disampaikan oleh Prof Mahfud saat menjadi keynote speaker Dialog Kebangsaan dengan tema “Mewujudkan Kampus Kebangsaan” hasil kerja sama USM dan PWI Jateng dalam rangka rangkaian Hari pers Nasional atau HPN 2023.
Mahfud yang hadir secara daring percaya, media saat ini menjadi kekuatan besar yang mampu mempengaruhi sebuah keadaan. Hanya saja, dia mengingatkan kembali apa yang disampaikan Presiden Joko Widodo dalam perayaan HPN 2023 di Medan, bahwa tantangan media saat ini adalah membanjirnya akun-akun platform digital yang secara langsung ‘mencuri’ ceruk media konvensional.
Maka dari itu, kata dia, Jokowi merancang Publisher Rights untuk melindungi keberadaan media arus utama dengan mewajibkan platform digital global untuk memberikan nilai ekonomi atas konten berita yang diproduksi media lokal dan nasional.
Lebih lanjut Mahfud MD mengatakan, peran pers adalah untuk memberikan ide kebangsaan untuk kemajuan bangsa Indonesia.
Ini seiring dengan perguruan tinggi yang menjadi garda terdepan dalam mengejawantahkan agenda-agenda peningkatan wawasan kebangsaan. “Tugas perguruan tinggi tidak hanya meluluskan mahasiswa saja, tapi kampus jadi pusat pemikiran yang dihadapi bangsa,” katanya.
Selain Mahfud, hadir sebagai narasumber Rektor USM Dr Supari, ST MT, Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Antonius Benny Susestyo, Katib Syuriah PBNU Dr KH Abu Yazid Al Busthomi, Ketua PW Muhammadiyah Jateng Dr KH Tafsir MAg dan Dandim 0733/BS Semarang Kolonel Inf Hovi Havana.
Dialog dihadiri, antara lain, Kepala Kesbangpol Jateng Haerudin mewakili gubernur, Ketua Pembina Yayasan Alumni Undip (YAU), Prof Sudharto P Hadi PhD, anggota pembina YAU Ir Soeharsojo IPU, dam Drs Kodradi.
Selain mereka ada Ketua Pengurus YAU Prof Dr Ir Hj Kesi Widjajanti SE MM bersama jajarannya, Ketua PWI Jateng Amir Machmud NS beserta jajarannya, Ketua Dewan Kehormatan Provinsi PWI Sri Mulyadi bersama jajaran, perwakilan mahasiswa perguruan tinggi di Semarang, serta ormas kepemudaan.
Senada dengan Mahfud, pemakalah lainnya,Antonius Benny Susetyo, juga mengungkapkan, saat ini perkembangan pers bisa sangat mempengaruhi pemikiran kebangsaan. Sebab, katanya, narasi-narasi kebangsaan bisa direduksi oleh konten-konten berbahaya.
“Teknologi itu kan alat sarana tapi kita ini akhirnya direduksi bahwa teknologi itu menjadi segala-galanya maka munculnya manipulasi kebohongan,’’ imbuhnya.
Sementara itu KH Abu Yazid Al-Busthami mengatakan nasionalisme merupakan elemen penting bagi kelangsungan hidup suatu bangsa.
Seperti yang sudah diperjuangkan para pahlawan dan para ulama seperti Nahdlatul Ulama. Tentunya, seluruh lapisan masyarakat memiliki peran yang sama dalam membangun rasa nasionalisme.
“Sehingga kampus harus betul-betul menanamkan didalam kurikulumnya perilaku kehidupan kebangsaan yang benar-benar di dilakukan secara nyata,” ucapnya.
Sementara itu Dr Tafsir mengatakan jika ingin negara menjadi maju yang harus disiapkan adalah dari sisi pendidikan.
“Pada awal berdirinya Muhammadiyah indikasinya ada dua, satu baik pendidikannya dan kedua baik kesehatan. Kalau pendidikannya baik kesehatannya Insya Allah juga baik dan negara akan menjadi maju,” ungkapnya.
Sedangkan Kol Inf Hovi Havana menjelaskan saat ini bangsa Indonesia sedang menghadapi perang tertutup yakni perang terhadap pola pikir yang menjadi individualis bergeser ke arah kapitalis, liberalis dan seterusnya.
“Tentara bukan cuma pemanggul senjata tetapi tentara itu juga pemanggul ideologi. Nah itulah yang terus-menerus mengapa TNI dimanapun berada selalu berusaha mengajak masyarakat untuk menguatkan semangat kebangsaan,” jelasnya.
Makanya Dandim 0733 Semarang ini mengajak generasi muda untuk bisa mengamalkan Pancasila di kehidupan secara nyata. Karena Pancasila jika hanya teori saja dan tidak diamalkan maka akan tidak ada artinya. (***)