Unik! Dari Inspektur Hingga Pengibar Bendera Semua Diisi Pejabat Kejati Jateng

0

SEMARANG – Pagi 17 Agustus 2025 terasa berbeda di halaman Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jawa Tengah. Angin kemerdekaan bertiup kencang, membawa suasana sakral yang tak biasa.

Di balik derap langkah barisan, suara komando, dan kibaran Merah Putih, ada pesan kuat yang ingin disampaikan, pejabat kejaksaan bukan hanya pemimpin di balik meja, tetapi juga prajurit bangsa yang siap berdiri di garis depan.

Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Jateng, Dr. Hendro Dewanto, berdiri tegap sebagai Inspektur Upacara. Dari podium sederhana, ia menyaksikan sendiri para pejabat utamanya mengemban peran yang biasanya dilaksanakan oleh staf atau Kepala Seksi (Kasi).

Kolonel Laut (KH) Muhammad Yunus, SH, Asisten Pidana Militer (Aspidmil), didapuk menjadi Perwira Upacara, sementara Dr. Lukas Alexander Sinuraya, SH, MH, Asisten Pidana Khusus (Aspidsus), memimpin barisan dengan komando yang menggetarkan halaman. Sedangkan, pembaca Pembukaan UUD 1945, Freddy D. Simanjuntak, SH, MH, Asisten Intelijen (Asintel). Juga Dr. Setyowati, SH, MH, Asisten Perdata dan Tata Usaha Negara (Asdatun) menjadi pembawa acara.

Pemandangan ini tidak lazim. Seorang Aspidsus yang biasanya dikenal tegas dalam menangani perkara korupsi ratusan miliar, pagi itu berdiri di hadapan barisan, memberi aba-aba layaknya komandan pasukan di medan laga. Suaranya lantang, sikapnya tegap, dan setiap gerakan barisan mengikuti arahannya tanpa ragu.

“Bagi saya, ini bukan sekadar tugas seremonial. Jika kita bisa berdiri rapi untuk Sang Merah Putih, maka kita juga wajib berdiri tegak dalam menegakkan hukum,” kata Lukas usai upacara.

Ucapannya menyalakan semangat, menyiratkan bahwa disiplin dan integritas adalah senjata utama jaksa dalam menjaga keadilan.

Suasana semakin sakral ketika Asintel Freddy Simanjuntak, membacakan Pembukaan UUD 1945. Suaranya menggelegar, seolah memanggil kembali ruh perjuangan 1945.

Disusul Aswas Gatot Guno Sembodo yang mengucapkan Tri Krama Adhyaksa, janji moral para jaksa. Lalu, Kabag TU Deddy Agus Oktavianto, SH, MH mengumandangkan Trapsila Adhyaksa Berakhlak.

Namun puncak haru meletup ketika Sang Saka dikibarkan. Petugas pengibar bendera Satriyo Wibowo, SH, MH, Sandhy Handika, SH, MH, dan Ashari Kurniawan, SH, MHLi melangkah mantap, membawa bendera dengan wajah serius.

Saat Merah Putih perlahan naik ke puncak tiang, semua mata menengadah, semua bibir terdiam, hanya lagu “Indonesia Raya” yang membahana. Di detik itu, halaman Kejati Jateng seakan berubah menjadi panggung sejarah.

Kajati Hendro mengatakan, upacara hari ini adalah teladan yang hidup,dan menunjukkan bahwa keteladanan itu tidak bisa hanya lahir dari instruksi, tetapi dari tindakan nyata.

Seorang pemimpin tidak boleh bersembunyi di balik jabatannya. Ia harus berani berdiri di barisan depan, mengibarkan bendera, membaca naskah, bahkan memimpin doa. Itulah makna kepemimpinan sejati.

“ Jawa Tengah itu punya tagline Jaksa Guyub dan guyub itu harus dimulai dari pemimpin. Seorang leader harus berani memberi contoh kepada anak buahnya. Kami ingin memberi teladan bahwa kemerdekaan adalah amanat, dan semua pejabat punya kewajiban moral untuk menegakkannya,” tegas Hendro Dewanto usai upacara.

Sementara itu, Aspidsus Lukas mengatakan, sesuai perintah dan arahan Kajati, bahwa kita memang sebagai senior pun harus bisa mengayomi, menjiwai, jiwa nasionalisme dan rasa kemerdekaan itu sendiri.

Di era ketika semangat kebangsaan sering terkikis oleh kepentingan pragmatis, apa yang ditunjukkan Kejati Jateng menjadi oase. Upacara ini bukan sekadar rutinitas, tetapi pengingat bahwa kemerdekaan adalah amanah yang harus terus diperjuangkan.

Halaman kantor Kejaksaan pun menjelma menjadi saksi bahwa para penegak hukum siap berdiri sebagai penjaga keadilan sekaligus penjaga marwah bangsa.

Dari Semarang, mereka mengirim pesan, Indonesia butuh keteladanan, dan kejaksaan memilih untuk memberi teladan, bukan sekadar bicara.*

Tinggalkan pesanan

email kami rahasiakan

Verified by MonsterInsights