Berkunjung ke Kampung Kranggan, Sentra Industri Kulit Lumpia Tertua di Semarang

SEMARANG- Jalan-jalan tak harus ke tempat yang jauh, kamu bisa berkunjung ke Kampung Kranggan, Kelurahan Kranggan, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang. Di kampung ini kamu bisa melihat bagaimana proses pembuatan kulit lumpia tertua di Semarang.
Kampung Kranggan juga telah diresmikan sebagai tempat wisata sentra kulit lumpia oleh Pemerintah Kota Semarang pada Februari 2018 lalu.
Sebanyak 45 rumah menjadi tempat pembuatan kulit lumpia. Sehingga tak heran, setiap hari warga kampung ini selalu sibuk dengan pekerjaan industri rumahan ini.
“Sehari kami bisa menghabiskan empat karung tepung, atau satu kwintal tepung terigu. Satu karung tepung bisa dibuat sekitar 1.400 lembar kulit lunpia,” kata Sumiati, salah satu pembuat kulit lumpia di Kampung Kranggan, Jumat (28/9).
Sumiati mengatakan, bahan baku untuk membuat kulit lumpia cukup sederhana, yakni tepung terigu, ditambah garam dan diberi air hingga kekentalan yang diinginkan. Bahan juga tidak ditambah perasa lain.
“Kulit lumpia yang berukuran besar ini dijual Rp 40.000 per 100 lembar atau Rp 4.00 per lembarnya. Kalau ukuran sedang dijual Rp 30.000 per 100 lembar,” ujarnya.
Dikatakan, cara membuat kulit lumpia cukup dengan cara memasukkan adonan dalam jumlah banyak ke dalam wajan, kemudian dengan cepat adonan kembali ditarik ke wadah. Dengan demikian, yang tersisa di wajan hanyalah kerak adonan yang tipis. Setelah itu, barulah kerak diangkat dan disebut menjadi kulit lunpia.
Kulit lunpia yang sudah jadi pun tinggl diangin-anginkan agar tidak basah, kemudian baru dibungkus menggunakan koran agar awet.
Dijelaskan, kulit lumpia ini tidak hanya bisa dijadikan kulit luar untuk kuliner lumpia. Kulit ini bisa dijadikan kulit pisang karamel, kulit martabak dan lainnya.
Setiap hari, Sumiati dibantu tiga rekannya memproduksi kulit lumpia lebih dari 5.000 kulit lumpia. Pesanan kulit lunpianya tidak hanya datang dari Kota Semarang, namun juga dipesan oleh pembeli dari Jakarta, Bandung, Kediri, Solo, bahkan Bali.
“Masing-masing warga di sini sudah punya langganan,” terangnya.
Ditambahkan, permintaan kulit lumpia akan membludak dua kali lipat saat memasuki Lebaran. Untuk mengakomodir lonjakan permintaan itu, biasanya Sumiati meminta bantuan pembuat kulit lumpia di sekitar agar pesanan dapat diselesaikan.
“Paling rame nanti pas lebaran, itu sampai kita ajak tetangga bantu buat. Biar enggak kewalahan,” tutupnya. (ZP/05)
Maju terus umkm semarang. Salam hangat dari produsen Sambal Kemasan di Semarang. Sambal BuKam