Budayawan Ahmad Tohari Ingatkan Bahaya People Power
BANYUMAS – Budayawan Banyumas, Ahmad Tohari mengingatkan kepada seluruh warga Banyumas serta generasi muda akan bahaya people power. Menurutnya, people power mempunyai resiko yang tidak terkendali dan akan merugikan banyak pihak.
“People power merupakan pengerahan massa, tetapi beda dengan demo atau unjuk rasa. Demo bertujuan untuk menyampaikan pendapat dan jika melapor ke pihak berwajib, menjadi gerakan yang sah dan dilindungi UU. Namun, people power berkonotasi memaksakan kehendak dengan mengerahkan massa. Tentu saja saya sangat tidak setuju dengan people power,” kata Tohari saat ditemui dirumahnya, Rabu (15/5/2019).
Terkait adanya wacana people power untuk memprotes hasil pemilu, penulis buku Ronggeng Dukuh Paruk ini mengatakan, saluran untuk memprotes ketidakpuasan proses pemilu sudah ada, yaitu Bawaslu dan Mahkamah Konstitusi (MK). Dan penyalurannya bukan di pinggir jalan yang rawan dengan gerakan massa tak terkendali.
Tohari menghimbau kepada para tokoh nasional yang banyak menjadi panutan masyarakat, untuk menghindari people power. Sebab resikonya terlalu besar, baik untuk diri sendiri maupun untuk keutuhan , persatuan dan kesatuan bangsa ini.
Disinggung tentang warga Banyumas yang kemungkinan akan ikut people power, Tohari menyatakan, kalau toh ada jumlahlah tidak banyak. Menurutnya, saat ini ada dua alam yang berbeda, yaitu alam medsos dan alam nyata. Orang yang menghabiskan waktu di alam medsos, berpotensi untuk total menjadi orang yang revolusioner .
Namun, orang yang hidup di di dunia nyata sejauh ini adem, ayem saja. Masyarakat Banyumas, lanjutnya, pada hakikatnya sangat setia pada kekuasaan. Hal ini sudah dibuktikan sejak masa pemerintahan Kerajaan Mataram dulu.
“Saya dulu waktu pemilu 2014 memilih Prabowo-Hatta, tetapi saat suara rakyat berbicara dan Jokowi yang menang, saya menerima dan ternyata pemerintahan berjalan dengan baik. Jadi kita ini memang masih harus belajar berdemokrasi yang dewasa,” katanya. (Ning Effendi)