Penjabat Gubernur Jawa Tengah, Nana Sudjana menegaskan, pihaknya baru saja melakukan apel kesiapsiagaan bencana dengan instansi terkait, seperti Forkopimda, TNI-Polri, Baznas, Pramuka, relawan, dan lainnya.

 

“Apel ini kami laksanakan untuk mengingatkan dan kesiapsiagaan kita menghadapi musim hujan di tahun 2024-2025. Saat ini, sesuai dengan informasi BMKG, bahwa bulan November ini sudah masuki musim hujan. Puncak dari musim hujan nanti pada Februari tahun 2025,” kata Nana, selepas acara di lokasi.

 

Menurutnya, jika ditarik waktu ke belakang (flashback) pada tahun lalu, memang terdapat potensi bencana kekeringan saat kemarau, dan bencana ketika musim hujan akibat meteorologis, seperti banjir, banjir bandang, longsor, dan puting beliung.

 

Dengan demikian, ujar Nana, perlu kesiapsiagaan bersama. Pihaknya sudah melaksanakan rapat koordinasi, termasuk apel kesiapsiagaan dalam menghadapi permasalahan yang mungkin akan terjadi. Sebab, dalam satu bulan terakhir ada kejadian yang cukup menonjol akibat hujan yang intensitasnya tinggi. Seperti, longsor di Kebumen, banjir dan longsor di Pekalongan, serta angin puting beliung di Sukoharjo.

 

Dalam kesempatan itu, orang nomor satu di Jateng ini menuturkan, pascakejadian banjir besar di Demak, dan Grobogan pada Februari dan Maret lalu, pihaknya terus kordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS), atau Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), agar kasus tanggul jebol tidak terjadi lagi. Penguatan tanggul pun sudah dilakukan satu tahun terakhir.

 

Kesiapsiagaan menghadapi bencana tidak hanya di provinsi, tapi di tingkat kabupaten dan kota juga melakukan hal serupa, termasuk kesiapan anggota, sarana, prasarana, logistik, dan lainnya.

 

Terlebih, saat musim hujan nanti, dilakukan Pilkada Serentak pada 27 November 2024. Pihaknya mewanti-wanti Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk menyiapkan tempat pemungutan suara (TPS) di tempat yang aman, tidak ditaruh di lokasi rawan banjir.

 

“Cari tempat-tempat permanen. Se-Indonesia libur, bisa manfaatkan di sekolah, desa, dan tempat lain yang representatif untuk pemungutan suara. Paling utama menjaga kesehatan para petugas agar tetap sehat, berolahraga, tetap menjaga fisik, karena kita akan hadapi agenda penting di musim hujan,” imbauhnya.

 

Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bergas C Penanggungan mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan BPBD kabupaten/ kota untuk mulai waspada dan mengingatkan masyarakat melalui jejaring yang dimiliki, untuk menginformasikan bahwa wilayahnya ada rawan bencana longsor atau rawan banjir.

 

“Minimal mengingatkan supaya mereka bisa antisipasi apa-apa yang bisa merugikan, apalagi sampai membahayakan. Misal, benda berharga sudah mulai diberikan tempat yang seandainya ada banjir, lebih ditinggikan. Yang longsor tidak terlalu banyak, berada di ruang yang sering ditempati atau ditempati manusia. Seyogyanya untuk dihindari, mengingatkan saja,” katanya di lokasi.

 

Adapun untuk Early Warning System (EWS), yakni rangkaian sistem yang berfungsi untuk memberitahukan akan terjadinya kejadian alam, untuk meminimalisasi risiko bencana alam yang akan terjadi, telah dimaksimalkan.

 

“EWS kita sudah ada. Dibilang cukup, kita masih kurang karena semakin banyak EWS yang berdekatan dengan teknologi itu semakin baik. Tapi karena ada keterbatasan, kita tidak berdiam diri. Maka kita minta ke masyarakat, minta kepada daerah melalui BPBD untuk ngelingke (mengingatkan), untuk melaksanakan siskamling, karena siskamling itu EWS yang kearifan lokal, itu cukup efektif mengingatkan masyarakat. Siskamling ini menjadi penting, siapa tahu ada yang mengawasi, ada yang melihat lingkungannya kalau terjadi bahaya,” ujarnya.

 

Sedangkan titik longsor, menurut Bergas, sama dengan tahun sebelumnya, terutama di daerah pegunungan. Bencana yang terjadi seperti banjir dan longsor di Kabupaten Kebumen, Sabtu (9/10/2024) malam, saat ini dalam penanganan dan mulai selesai. Ada juga sebelumnya di Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Wonosobo, dan beberapa banjir, seperti banjir bandang di Pati.

 

Sedangkan untuk Gunung Merapi yang berbatasan dengan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah, terang Bergas, diketahui beberapa waktu terakhir mengalami guguran lava, Pihaknya melakukan penguatan kapasitas, seperti terus berkomunikasi dengan petugas. Mereka sudah luar biasa melaksanakan kegiatan penguatan kapasitas masyarakat, seperti destana, atau sister village, dan merawat jalur evakuasi untuk ditata.

 

“Kemarin pas saya ke sana, jalurnya sudah lebih baik. Ada jalur khusus, tinggal merawat jalan, sistem yang sudah dibangun, merawat sister vilage yang sudah dibangun di empat kabupaten/kota itu,” tandasnya.