Pembatasan Solar, Asperindo Jateng: Kebijakan Ini Salah Sasaran
SEMARANG – Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres, Pos dan Logistik Indonesia (Asperindo) Jawa Tengah keberatan dengan aturan pembatasan konsumsi solar.
Ketua Asperindo Jateng, Tony Winarno mengatakan, kebijakan tersebut jelas merugikan pengusaha logistik dan bisa memperlambat laju pertumbuhan ekonomi.
“Kebijakan ini salah sasaran, bahkan nantinya akan menghambat pertumbuhan ekonomi,” kata Tony, Selasa (27/8/19).
Dikatakan, kebijkakan tersebut dianggap tidak tepat, apalagi saat ini pelaku UMKM sedang digenjot untuk mendongrak kebijakan ekonomi.
Disebutnya, saat ini justru pengguna jasa logistik paling banyak adalah para pelaku UMKM. “Dengan kebijakan ini justru akan menghambat pelaku UMKM,” ujarnya.
Ditambahkan, sebelumnya Asperindo telah menelan pil pahit akibat mahalnya kargo udara, sehingga transportasi darat melalui truck dipilih untuk mengakali naiknya surat muatan udara (SMU) maskapai penerbangan.
“Jika diterapkan dan batasan konsumsinya kaku, malah bertolak belakang dengan pengembangan infastruktur berupa tol,” jelasnya.
Ia menggambarkan dalam rute logistik darat yang padat Semarang-Jakarta misalnya. Anggaran bahan bakar ia patok sekitar Rp 400 ribu dengan kebutuhan 80 liter hanya untuk satu rute. Sehingga adanya pembatasan ini dinilai tidak berpihak kepada Asperindo.
“Bisa digambarkan kalau solar Rp 5 ribu per liter artinya kita butuh 80 liter solar untuk satu rute itu saja, kalau maksimal 60 liter? Ini jelas ndak cukup,” pungkasnya.
Diketahui Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mengeluarkan surat edaran tentang pembatasan konsumsi solar bagi angkutan.
Untuk angkutan barang roda empat hanya bisa membeli sebanyak 30 liter solar per kendaraan per hari. Sedangkan kendaraan roda enam sebesar 60 liter per kendaraan per hari dan bagi kendaraan pribadi justru lebih sedikit hanya 20 liter saja. (ZP/06)