ZONAPASAR.COM, SEMARANG– Jauh sebelum era kendaraan, manusia telah bergulat dengan seni menyalip di atas kuda dan kereta. Di masa lalu, penunggang kuda harus mempertimbangkan faktor seperti kecepatan kuda, medan, dan kondisi jalan untuk menyalip dengan aman. Dalam dunia perkeretaapian dengan kekuatan lokomotifnya, menghadirkan tantangan baru dalam menyalip, menuntut koordinasi yang rumit antara masinis dan petugas sinyal.
Kemunculan kendaraan di abad berikutnya membawa perubahan besar dalam cara menyalip. Kecepatan yang lebih tinggi dan manuver yang lebih dinamis menuntut aturan dan regulasi baru untuk memastikan keselamatan di jalan raya.
Aturan pertama tentang menyalip mulai diberlakukan di Eropa dan Amerika Serikat pada awal abad ke-20, dengan fokus pada penggunaan klakson, lampu sein, dan marka jalan.
Di Indonesia, sejarah menyalip tidak lepas dari perkembangan transportasi di tanah air. Dari era kolonial Belanda dengan kendaraan bermotor yang masih jarang, hingga era modern dengan infrastruktur jalan yang semakin kompleks, aturan dan budaya menyalip terus berkembang.
Saat ini, menyalip masih menjadi salah satu manuver paling berisiko di jalan raya. Faktor seperti kondisi keamanan, kecepatan, kemampuan kendaraan, jarak pandang, jarak aman setelah menyalip, kondisi cuaca, dan perilaku pengemudi lain harus dipertimbangkan dengan cermat sebelum melakukan tindakan menyalip.
Terlihat dari beberapa unggahan di media sosial kejadian menyalip yang berujung kecelakaan dengan cidera hingga meninggal dunia ditempat. Jika diamati terjadinya gagal menyalip berakhir celaka karena perencanaan yang buruk, kemampuan berkendara yang kurang, faktor psikologis dan faktor kendaraan.
Ada tujuh (7) hal yang perlu diperhatikan untuk menyalip :
1. Pastikan kendaraan dalam kondisi prima: Periksa kondisi kendaraan secara rutin dan pastikan semua komponen berfungsi dengan baik sebelum berkendara.
2. Jaga konsentrasi dan fokus saat berkendara: Hindari melakukan hal lain yang dapat mengalihkan perhatian dan fokus saat berkendara.
3. Pahami medan, kondisi, rambu dan marka diarea tersebut.
4. Manuver menyalip dengan direncanakan dengan cermat: Jarak pandang aman, perhitungkan kecepatan, perhatikan kondisi jalan, berikan tanda yang jelas, dan pastikan ruang aman setelah menyalip tercukupi.
5. Tetap tenang dan waspada: Jangan panik saat menyalip dan selalu waspada terhadap situasi di sekitar.
6. Jika ragu jangan menyalip, lebih baik menunggu situasi yang lebih aman daripada memaksakan diri untuk menyalip dan membahayakan diri sendiri dan pengguna jalan lainnya.
7. Tingkatkan kemampuan berkendara: mengikuti pelatihan berkendara untuk menguasai teknik dasar menyalip yang benar dan tingkatkan keterampilan dalam mengoperasikan kendaraan.
Menyalip adalah tindakan yang harus terukur, tidak hanya bergerak dari keinginan atau kehendak karena ingin lebih cepat. Didalam aksi menyalip terdapat resiko – resiko fatal yang berbahaya.
Dampak paling fatal dari kegagalan menyalip adalah kecelakaan lalu lintas. Tabrakan dengan kendaraan lain, terjatuh dari motor, dan terlindas kendaraan lain adalah beberapa contoh kecelakaan yang dapat terjadi akibat kegagalan menyalip. Kecelakaan ini dapat mengakibatkan luka ringan, luka berat, bahkan kematian. Kerugian lain adalah kerusakan kendaraan, fasilitas umum dan trauma psikologis.
“Kita harus mengenali bahwa tidak semua keinginan untuk menyalip dipenuhi dengan cara yang gegabah, keinginan perlu dikendalikan demi keselamatan. Pentingnya kesadaran, pertimbangan, dan pengendalian kehendak untuk keselamatan diri kita dan orang lain di jalan raya,” pesan Oke Desiyanto, Senior Instruktur Safety Riding Astra Motor Jawa Tengah.(zav)