Tingginya Limpasan Rob Sebabkan Ekspor Ikan Kakap Jateng Turun Hingga 200 Ton
SEMARANG- Tingginya limpasan air pasang ke daratan (rob) sejak beberapa pekan terakhir telah mempengaruhi laju ekspor ikan segar dari Jawa Tengah menuju sejumlah negara. Balai Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu (BKIPM) Kelas II Tanjung Emas Semarang bahkan menyebutkan, aktivitas ekspor ikan kakap mengalami penurunan akibat fenomena alam tersebut.
“Akibat cuaca buruk yang memicu munculnya gelombang rob, bila dibandingkan dengan kondisi 2017 lalu yang ekspornya sempat meningkat 1,2%, untuk tahun ini beberapa jenis ekspor ikan justru ada penurunan. Terutama untuk ekspor kakap yang menurun mencapai 200 ton,” kata Kepala BKIPM Klas II Tanjung Emas Semarang, Gatot R Perdana, Kamis (31/5).
Ia memperkirakan, cuaca yang kurang bersahabat masih akan terjadi sampai pertengahan Juni nanti.
Dikatakan, jika mengacu pada statistik cuaca BMKG, maka gelombang rob pada titik tertinggi akan menerjang jalur tepi Pantai Utara (Pantura) Jawa Tengah tepat pada perayaan Hari Raya Idul Fitri 1439 Hijriyah.
Fenomena alam yang memburuk itu, lanjutnya, memang sangat berpengaruh terhadap kinerja pelayanan karantina ikan. Tetapi, ia memastikan, petugas karantina ikan tetap akan melayani transaksi ekspor dengan prima selama cuti bersama saat Lebaran nanti.
“Intinya karantina ikan siap untuk melayani transaksi ekspor komoditi perikanan,” tambahnya.
Ia menuturkan hasil tangkapan nelayan seperti cumi, udang, rajungan dan ikan layur menjadi komoditas andalan dari Jawa Tengah untuk dilempar ke pasar dunia.
Peminat komoditi ikan segar tersebut tersebar dari Amerika, Asia dan sebagian ke dataran Eropa.
“Ekspor cumi sejak Januari sampai April kemarin, kami mencatat nilainya mencapai Rp 926.631.765.318,” ucapnya.
Pada April kemarin misalnya, ekspor cumi mencapai 637 ton, lalu udang mencapai 509 ton serta rajungan mencapai 268 ton.
Ia mengungkapkan ada tiga negara yang masih menjadi bidikan utama untuk ekspor ikan segar dari Jawa Tengah. Ketiganya antara lain, Jepang Amerika Serikat dan Tiongkok.
Amerika Serikat menggantungkan 70 persen dan Tiongkok menggantungkan 15 persen pasokan ikan lautnya dari para eksportir Jawa Tengah dan sebagian Sulawesi.
“Kalau Amerika itu selalu tertarik pada rajungan dan udang. Namun ada beberapa juga komoditi ikan laut lainnya,” jelasnya.
Untuk memperluas cakupan ekspor, ia menyatakan balai karantina ikan sedang menjajaki pengiriman ikan ke negara-negara Teluk dan pantai barat Afrika.
“Kita sedang melirik Arab Saudi, Pantai Gading dan Mauritius sebagai bidikan pasar ekspor yang baru diluar Eropa dan Asia Timur,” ungkap Gatot, sembari menambahkan bahwa, perluasan pasar ekspor nantinya akan didukung penguatan proses inspeksi pengendalian mutu ikan ke beberapa supliyer. (ZP/05)