Ganjar Tantang Pelindo Lakukan Hal Revolusioner untuk Pelabuhan Tanjung Emas
SEMARANG- Usai pengembangan infrastruktur transportasi udara dan darat, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo terus mendorong terdongkraknya infrastruktur transportasi laut di provinsi ini.
“Setelah bandara, tol dan kereta sekarang yang ditunggu adalah laut. Semuanya sudah bagus diperbaiki, sekarang tinggal di laut. Pelindo mau melakukan hal revolusioner apa di Jawa Tengah,” kata Ganjar, Rabu (16/1).
Dikatakan, saat ini Jawa Tengah tengah mengembangkan enam bandara. Yakni Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang, Bandara Internasional Adi Soemarmo, Bandara Jenderal Besar Soedirman Purbalingga, Bandara Ngloram Blora, Bandara Tunggul Wulung Cilacap dan Bandara Dewadaru Karimunjawa Jepara.
Sementara, untuk jalan tol telah terhubung dari Brebes hingga Sragen, dan saat ini tengah proses lelang tol Bawen-Yogyakarta. Sementara untuk jalur kereta api, reaktivasi bakal dilakukan pada jalur Purwokerto-Wonosobo serta rel Pantura.
“Tanjung Emas itu kekecilan. Kalau dibesarkan bagaimana, harus dengan teknologi apa yang bisa dipakai? Mau melakukan apa di Semarang dan Tegal atau di manapun, kalau tidak revolusioner nggak usah. Mimpi saya, kalau orang ke pelabuhan senang dan bahagia, kayak orang tiba di bandara mau naik pesawat. Optimalkan itu,” katanya.
Direktur Pelindo III Regional Jateng Arif Prabowo menyampaikan, saat ini pihaknya masih fokus pengembangan untuk kawasan Terminal Peti Kemas Semarang (TPKS) Tanjung Emas Semarang dan Tanjung Intan Tegal. Untuk Pelabuhan Tanjung Emas memasuki tahap penyelesaian reaktivasi rel Bandarharjo-Tawang.
“Maret reaktivasi selesai. Kalau itu terhubung, akan terhubung ke selatan dan barat Jawa. Bahkan Grobogan sudah minta dan akan melakukan ekspor atau antarpulau lewat kereta api,” terangnya.
Sementara, imbuh Arif, untuk pelabuhan Tanjung Intan Tegal, Pelindo III sedang mengerjakan pengerukan alur kapal, perbaikan dermaga dan membangun cold storage bekerja sama dengan nelayan dan pengusaha. Dengan pembangunan itu dia yakin perekonomian nelayan akan terdongkrak.
“Tegal saat ini masih Amdal (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan). Juni tahun ini selesai,” ungkapnya.
Namun untuk pengembangan lanjutan Pelabuhan Tanjung Emas, pihaknya menemukan banyak kendala. Selain penurunan tanah yang mencapai 35 sentimeter per tahun, juga masih terdapat lahan-lahan sengketa. Padahal Tanjung Emas merupakan pelabuhan terbesar di Jateng. Arif berharap segera ada alternatif untuk persoalan itu.
“Perlu alternatif pelabuhan, Sluke Rembang atau Jepara jadi pilihan tepat karena kontur bawah lautnya berupa koral. Tapi masih perlu koordinasi,” tandasnya. (ZP/06)