Gurihnya Bubur India di Masjid Pekojan, Hanya Ada saat Ramadhan
SEMARANG – Salah-satu kuliner khas yang selalu tersaji di tiap bulan Ramadhan sebagai menu berbuka puasa di Kota Semarang yaitu berupa bubur india.
Kuliner tersebut merupakan tradisi turun -temurun generasi sebelumnya yang disiapkan di Masjid Pekojan, Purwodinatan, Semarang.
Kuliner legendaris yang sudah berumur sekitar seabad ini, dibawa oleh tradisi para pedagang dari Gujarat, India yang membuat hidangan bubur, sehingga bubur ini dikenal dengan nama bubur india sampai sekarang.
Pembuat atau peracik bubur india saat ini telah diturunkan hingga generasi keempat. Mereka adalah Ahmad Ali dan Ahmad Fasrin. Keduanya bergantian setiap harinya untuk membuat bubur tersebut.
Salah-satu pembuat bubur khas ini, Ahmad Ali (61) mengatakan, tradisi membuat bubur india ini telah dimulai sejak berdirinya masjid, sekitar satu setengah abad yang lalu.
Setiap harinya, 20 kilogram beras akan dimasak dan dicampur dengan bahan lain yang sudah diwariskan oleh generasi sebelumnya tersebut. Tidak ada yang berubah sejak dulu.
Pembuatan bubur akan dicampur dengan berbagai rempah seperti kayu manis, jahe, laos, serai, daun pandan, daun salam, dan sejumlah bahan lain yang akan membuat bubur terasa gurih dan harum.
“Buburnya juga ditambahkan sayur lodeh, telur, jipang, dan kadang ada gulai. Semua bahan-bahan sumbangan dari masyarakat, kita membantu melayani dengan membuatnya,” ujarnya, Kamis (9/5/19).
Proses peracikan bahan-bahan tersebut akan dimulai sejak pukul 12.00 WIB. Biasanya mereka juga dibantu oleh warga setempat.
Adapun masjid Pekojan yang beralamat di Jalan Petolongan Nomor 1, Purwodinatan, Semarang itu setiap harinya akan menyajikan sekitar 200 porsi bubur india. Selain untuk jamaah, bubur itu juga diberikan kepada warga sekitar masjid.
Warga yang datang biasanya akan membawa mengkok hingga rantang beraneka ukuran untuk mendapatkan bubur meskipun masih waktu berbuka masih lama.
Mereka akan rela menunggu selesainya takmir masjid membagikan bubur bagi jamaah masjid sebelum akhirnya giliran mereka yang mendapat bagian.
“Untuk proses memasaknya di area masjid. Dimulai dari habis Dzuhur, hingga sore. Lalu, disiapkan di teras masjid dengan buah kurma untuk berbuka jamaah,” ucapnya.
Salah satu pengunjung masjid, Firda mengatakan, ia mengaku penasaran dengan bubur yang hanya disajikan saat bulan puasa tersebut.
Mahasiswi dari Universitas Walisongo Semarang itu rela datang jauh-jauh sejak pukul 16.00 WIB untuk agar bisa menikmati hidangan khas tersebut.
“Rasanya enak, gurih dan harum. Tadi waktu buka puasa ambil satu mangkuk saja langsung kenyang banget. Enak, wajib coba,” ujar mahasiswi asal Pati, Jawa Tengah itu.
Sementara itu, sebelum kegiatan berbuka puasa dengan bubur india tersebut tiba, diisi dengan tausiyah yang disampaikan oleh ustadz setempat. (ZP/05)