Pemulihan Ekonomi Jateng Terus Berlanjut
ZONAPASAR.COM, SEMARANG – Perekonomian Jawa Tengah pada triwulan I 2022 tumbuh 5,16% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 5,01% (yoy), namun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (5,42%; yoy). Meskipun melambat, namun pertumbuhan positif tersebut mengindikasikan bahwa pemulihan ekonomi Jawa Tengah masih terus berlanjut.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah, Rachmat Dwi Saputra mengatakan, berdasarkan sisi pengeluaran, sumber pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah didorong oleh konsumsi Rumah Tangga (RT) dan ekspor luar negeri. Sementara dari sisi lapangan usaha (LU), sumber pertumbuhan ekonomi tertinggi ditopang oleh industri pengolahan, pertanian, serta transportasi dan pergudangan.
Dari sisi pengeluaran, konsumsi RT tumbuh 4,30% (yoy) didorong oleh persebaran COVID-19 yang terkendali, peningkatan pencapaian vaksinasi dosis lengkap, dan percepatan vaksin booster. Kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia juga turut mendorong perbaikan konsumsi masyarakat, antara lain berupa relaksasi pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) untuk kendaraan low cost green car (LCGC) sebesar 100% dan non LCGC sebesar 50%.
Selain itu, penetapan kebijakan loan to value (LTV) sektor properti dan kendaraan bermotor yang akomodatif, serta Insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) pembelian properti sebesar 50% hingga Juni 2022, juga mampu mendorong konsumsi RT. Kinerja ekspor luar negeri nonmigas masih tumbuh tinggi yaitu 28,23% (yoy), namun lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (55,43%; yoy).
Perlambatan ekspor dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas dan perlambatan permintaan eksternal. Penurunan kinerja ekspor juga sejalan dengan permintaan yang kembali normal paska Natal dan Tahun Baru, serta penurunan daya beli masyarakat dunia di tengah peningkatan inflasi dan eskalasi tensi geopolitik Rusia-Ukraina.
Sementara itu, kinerja konsumsi pemerintah dan investasi mengalami kontraksi pada triwulan laporan. Konsumsi pemerintah terkontraksi sebesar 1,22% (yoy), disebabkan oleh realisasi transfer pemerintah pusat berupa dana alokasi umum (DAU), dana alokasi khusus (DAK), dana bagi hasil (DBH) yang cenderung rendah. Hal tersebut dipengaruhi oleh persyaratan penyaluran dana pemerintah pusat yang belum terpenuhi pada triwulan I 2022.
Selanjutnya, investasi terkontraksi sebesar 0,24% (yoy), disebabkan oleh kendala pembebasan lahan pembangunan proyek strategis nasional (PSN) seperti tol Semarang-Demak dan tol Solo-Yogya-Kulon Progo.
Dari sisi lapangan usaha (LU), sumber pertumbuhan terbesar PDRB Jawa Tengah berasal dari LU industri pengolahan yang tumbuh sebesar 4,53% (yoy). Kondisi COVID-19 yang cenderung terkendali dan dukungan kebijakan Pemerintah dalam menjaga permintaan domestik turut mendorong pemulihan kinerja industri pengolahan di Jawa Tengah.
Kinerja industri pengolahan yang masih tinggi juga tercermin dari Prompt Manufacturing Index (PMI) Jawa Tengah triwulan I 2022 yang tetap dalam fase ekspansif. LU pertanian tumbuh sebesar 4,67% (yoy), didorong oleh peningkatan panen tabama (tanaman bahan makanan) pada periode laporan.
Lebih lanjut, kinerja LU transportasi dan pergudangan juga tumbuh tinggi (51,13%; yoy) didorong oleh peningkatan aktivitas perdagangan dan mobilitas masyarakat pada akhir triwulan I 2022.
Pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi tertahan oleh kinerja LU konstruksi yang mengalami kontraksi 0,06% (yoy). Penurunan tersebut juga tercermin dari realisasi pengadaan semen di Jawa Tengah yang pada triwulan I 2022 turun 0,47% (yoy). Secara umum, penurunan kinerja LU konstruksi sejalan dengan proyek konstruksi pemerintah yang baru memasuki tahap persiapan dan administrasi pengadaaan di awal tahun.
“Ke depan, pemulihan ekonomi Jawa Tengah diprakirakan masih berlanjut dengan didukung oleh percepatan vaksinasi, pandemi COVID-19 yang semakin terkendali, dan peningkatan mobilitas masyarakat. Investasi juga diperkirakan meningkat, ditopang oleh investasi pemerintah dan swasta. Keunggulan kawasan industri terpadu yang ada diharapkan mampu menarik investor untuk merelokasi industri dan menerapkan investasi teknologi terkini ke Jawa Tengah,” tukasnya.
Meskipun tetap berlanjut, lanjutnya, perbaikan ekonomi diperkirakan tidak sekuat perkiraan sebelumnya, disebabkan oleh kenaikan harga energi dan pangan global sebagai dampak eskalasi tensi geopolitik Rusia-Ukraina. Hal ini menyebabkan permintaan eksternal menjadi lebih rendah, sehingga sumber pemulihan ekonomi di 2022 diperkirakan akan lebih ditopang oleh permintaan domestik.
“Dengan demikian, upaya pemulihan ekonomi lebih lanjut memerlukan langkah nyata dan sinergi kebijakan dalam mempertahankan produktivitas sektor-sektor utama dan menjaga iklim investasi agar tetap kondusif,” tandasnya.(ule)