BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Jateng Triwulan I 2019 Tembus 5,6%

0
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Jawa Tengah, Soekowardojo saat memberikan paparan dalam kegiatan Diseminasi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) dan Hasil Riset Strategi Akselerasi Pengembangan Pariwisata Jateng (Kerjasama KPwBI Jawa Tengah dan ISEI Cabang Semarang), di Ruang Lokapala Lantai 8, KPw BI Provinsi Jateng, Kamis (11/4/19).

SEMARANG – Bank Indonesia (BI) optimistis pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan I 2019 diperkirakan meningkat pada kisaran 5,2% – 5,6%, lebih tinggi dari triwulan IV 2018 yang sebesar 5,28% secara year on year.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Jawa Tengah, Soekowardojo mengatakan, optimistis pertumbuhan ekonomi tersebut akan terpenuhi, mengingat banyak penopangnya.

Disebutnya, perbaikan pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih ditopang oleh permintaan domestik. Kinerja konsumsi RT diperkirakan tetap kuat di awal tahun seiring dengan upaya penyesuaian UMK dan rencana kenaikan gaji
pokok ASN sehingga menjaga ekspektasi daya beli.

“Di samping itu terdapat percepatan penyaluran bansos serta pengaruh spillover belanja Pemilu akan mendorong pertumbuhan ekonomi di Jateng mengalami perbaikan,” kata Soekowardojo di sela kegiatan Diseminasi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) dan Hasil Riset Strategi Akselerasi Pengembangan Pariwisata Jateng (Kerjasama KPwBI Jawa Tengah dan ISEI Cabang Semarang), di Ruang Lokapala Lantai 8, KPw BI Provinsi Jateng, Kamis (11/4/19).

Dikatakan, hasil survei BI juga menunjukkan bahwa keyakinan konsumen Jawa Tengah terhadap kondisi ekonomi saat ini lebih kuat dibanding triwulan sebelumnya.

Meski demikian, lanjutnya perekonomian Jawa Tengah masih menghadapi tantangan
dalam upaya untuk tumbuh lebih tinggi, inklusif, dan berkesinambungan.

Dalam jangka pendek, sejumlah tantangan dari eksternal maupun internal tetap perlu diwaspadai. Dari sisi internal, melebarnya defisit neraca perdagangan Jateng tahun 2018 lalu menjadi tantangan struktural yang harus terus dimonitor pada tahun 2019.

Adapun pada Januari-Februari 2019, defisit neraca perdagangan Jateng terpantau membaik, yaitu sebesar US$ 0,58 miliar atau turun 33,17% (ctc).

“Perbaikan defisit tersebut terutama disebabkan penurunan impor, khususnya migas. Meskipun menunjukkan perbaikan pada awal 2019, tantangan defisit neraca perdagangan ini tetap perlu kita waspadai,” jelasnya.

Dikatakan, ada beberapa upaya yang harus dilakukan untuk mengurangi defisit transaksi berjalan yaitu peningkatan ekspor industri manufaktur di bidang tekstil dan alas kaki melalui penguatan posisi dalam rantai pasokan global maupun regional, serta mendorong hilirisasi atau pembangunan industri substitusi impor di Jawa Tengah.

“Selain mengoptimalkan kinerja sektor unggulan Jawa Tengah, sektor pariwisata juga perlu dipandang sebagai salah satu upaya perbaikan defisit transaksi berjalan, yaitu melalui peningkatan penerimaan devisa
pariwisata di sisi neraca jasa,” tandasnya. (ZP/05)

Tinggalkan pesanan

email kami rahasiakan

Verified by MonsterInsights