BPS: Indeks Pembangunan Manusia di Jateng 2018 Meningkat 0,6 poin
SEMARANG – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Jateng pada 2018 naik 0,6 poin menjadi 71,12 lebih tinggi dibandingkan 2017 yakni 70,52.
Kepala BPS Provinsi Jawa Tengah Sentot Bangun Widoyono mengatakan, semenjak tahun 2017, status pembangunan manusia di Jawa Tengah sudah mulai terkategori “tinggi” (IPM di atas 70), sementara antara tahun 2010-2016, masih terkategori “sedang” (60 ≤ IPM < 70).
“Selama periode 2017 – 2018, komponen pembentuk IPM juga mengalami peningkatan. Bayi yang baru lahir memiliki peluang hidup hingga 74,18 tahun, meningkat 0,10 tahun dibandingkan tahun 2017,” kata Sentot, Senin (15/4/19).
Kendati demikian, pada 2018 IPM Jawa Tengah masih berada di bawah level nasional yang besarnya 71,39. Dibandingkan dengan provinsi lain di Pulau Jawa, IPM Jawa Tengah hanya lebih unggul dibandingkan Jawa Timur yang pada tahun 2018 memiliki IPM 70,77.
Dikatakan, IPM tertinggi di Pulau Jawa masih ditempati oleh DKI Jakarta dengan nilai IPM sebesar 80,47. Sejak tahun 2017, status IPM DKI Jakarta telah berubah dari “tinggi” menjadi “sangat tinggi”.
Posisi selanjutnya, DI Yogyakarta dengan IPM sebesar 79,53, disusul oleh Banten dengan IPM sebesar 71,95, Jawa Barat dengan IPM sebesar 71,30, dan kemudian Jawa Tengah di posisi kelima sebesar 71,12.
Selain itu lanjutnya, anak-anak usia 7 tahun di Jawa Tengah memiliki peluang untuk bersekolah selama 12,63 tahun, meningkat 0,06 tahun dibandingkan tahun 2017.
Sementara itu, penduduk usia 25 tahun ke atas secara rata-rata telah menempuh pendidikan selama 7,35 tahun (SMP Kelas 1), meningkat 0,08 tahun dibandingkan tahun sebelumnya.
“Pengeluaran per kapita disesuaikan [harga konstan 2012] masyarakat telah mencapai 10,78 juta rupiah pada tahun 2018, meningkat Rp 400.000 dibandingkan tahun sebelumnya,” tandasnya. (ZP/06)