Di Balik Kisah Nelayan Pekalongan Menggantungkan Nasib di Samudra Demi Keluarga Tercinta
PEKALONGAN – Raut wajah Eko Purnomo terlihat sangat gembira saat tiba di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBBN) 47.511.05 Jasa Mina, Kota Pekalongan, Jawa Tengah sore ini Jumat 20 Oktober 2023.
Eko Purnomo langsung dilayani oleh petugas SPBBN yang mengisikan solar ke jerigen yang dibawanya. Ia ditemani oleh seorang kru yang selalu bersamanya membeli solar dan melaut untuk mencari ikan dan udang.
Eko Purnomo membawa sejumlah jerigen untuk diisikan solar sebagai bahan bakar utama di kapal kecil miliknya. Kali ini ia membeli 60 liter solar untuk kebutuhan melaut malam ini.
Lokasi SPBBN yang dekat dengan laut ini sangat memudahkan dirinya bersama ratusan nelayan lainnya. Sudah bertahun-tahun SPBBN ini menjadi harapan nelayan di kawasan tersebut.
Eko Purnomo mengatakan, setiap harinya ia akan datang ke SPBN untuk membeli solar subsidi agar bisa terus melaut. Ia bersyukur karena nelayan kecil seperti dirinya bisa mendapatkan jatah subsidi sehingga uang yang dikeluarkan tidak besar.
“Biasanya kita di sini cari ikan, udang, cumi dan lainnya sesuai musimnya. Saya pakai kapal kecil mesinnya 1 kadang 2. Kebutuhan sekali melaut hanya 60- 65 liter solar,” kata Eko Purnomo.
Ia mengatakan, menjadi seorang nelayan sudah dilakoninya sejak masih belia, yang awalnya ia hanya membantu orang tua, kini dirinya menjadi tulang punggung keluarga.
Hasil tangkapan dari melaut setiap malamnya akan dijual demi menghidupi istri dan kedua anaknya yang masih Sekolah Dasar. Tempat tinggal Eko Purnomo ada di Keluaran Pantai Sari, Pekalongan Utara, Kota Pekalongan.
“Alhamdulillah hasilnya cukup, cuma kendala nelayan kecil itu cuaca buruk jadi gak berangkat. Kalau pas ramai satu malam bisa dapat Rp 1 juta dapat, kalo sepi dapat Rp 300 ribu, beli solar Rp 200 ribu jadi dapat Rp 100 ribu saja,” ujarnya.
Tidak hanya Eko saja yang menggantungkan nasib dari lautan. Baashor yang juga seorang nelayan juga menaruh harapan yang sama.
Baashor setiap hari dirinya dan banyak nelayan lainnya menaruh harapan yang besar dari hasil melaut. Menjadi nelayan sudah menjadi profesi utama dan satu-satunya yang ia lakukan.
Berbeda dengan Eko, Baashor hanya seorang diri saja saat melaut. Saat membeli solar maupun menarik jala pun ia lakukan sendiri. Tangkapan yang selalu diharapkannya adalah hasil yang melimpah baik udang, cumi maupun ikan.
Menurut Baashor, SPBN yang berada langsung di pinggiran laut sangat membantu karena ia bisa langsung menaikkan jerigen solarnya ke atas kapal. Ia mengaku bisa setiap hari membeli solar yang ia kumpulkan terlebih dahulu.
“SPBBN sangat membantu karena bisa membeli solar subsidi Rp 6.800 per liter. Jadi uangnya cukup sangat alhamdulillah hasilnya buat makan kebutuhan keluarga, istri dan anak. Kalo rame sehari semalam bisa Rp 1 juta, kadang Rp 300 ribu, kadang Rp 500 ribu,” ungkapnya.
Sementara itu, Manager SPBBN 47511.05 Jasa Mina Pekalongan, Indah Wahyu mengatakan, Pertamina terus konsisten menyediakan dan memastikan pasokan solar bagi nelayan tercukupi.
Di wilayah bertugasnya ini, ia melayani rata-rata 80 kapal nelayan yang membeli solar dari 125 kapal yang ada.
“Supply disini sesuai kebutuhan, tangki kita besar kapasitasnya 40 ton. Kami selalu sosialisasikan agar semua nelayan bisa kebagian misal ada yang membeli 20 ton sehari, kita atur dan selama ini lancar,” jelasnya.
Senior Supervisor Communication and Relations Regional Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga, Marthia Mulia Asri menambahkan, jumlah SPBN di Jateng saat ini sudah ada 15 dan kebutuhan solar bagi nelayan selalu dipantau keamanan pasokannya. Saat ini rata-rata kebutuhan per satu SPBBN mencapai 216 KL per bulan dan supply selalu aman dan cukup.
“Kebutuhan solar capai 216 KL per bulan, tergantung bulan melautnya. Targetnya dari Kementerian akan menambah 250 SPBBN untuk koperasi nelayan,” pungkasnya.*