Kegiatan Dunia Usaha di Jawa Tengah Tumbuh Lebih Tinggi

0

SEMARANG– Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan kegiatan usaha di Jawa Tengah pada triwulan IV 2017 mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) kegiatan usaha pada triwulan IV 2017 yang mencatatkan nilai 30,36%, lebih tinggi dibandingkan capaian pada triwulan III 2017 yang sebesar 14,77%.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah, Hamid Ponco Wibowo menuturkan, SBT adalah selisih antara persentase responden yang memberikan jawaban “meningkat” dan yang memberikan jawaban “menurun” dikalikan dengan bobot sektor/subsektor. Percepatan kegiatan usaha pada triwulan laporan didorong oleh meningkatnya permintaan, terutama dari dalam negeri.

“Hasil survei menunjukkan bahwa seluruh sektor ekonomi di Jawa Tengah tumbuh pada triwulan laporan,” ujarnya.

Namun, lanjutnya, tidak seluruh sektor ekonomi mengalami percepatan pertumbuhan kegiatan usaha. Hal tersebut tercermin dari nilai SBT kegiatan usaha yang menurun pada beberapa sektor ekonomi, walaupun masih bernilai positif.

“Peningkatan SBT paling signifikan terjadi pada sektor jasa-jasa. Dua dari tiga sektor utama perekonomian Jawa Tengah pun mengalami percepatan kegiatan usaha, yaitu sektor perdagangan, hotel, dan restoran; dan sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan,” terangnya.

Sementara itu, sektor industri pengolahan mengalami pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya.

Sejalan dengan peningkatan kegiatan usaha, kapasitas produksi terpakai juga meningkat. Berdasarkan hasil survei, rata-rata kapasitas produksi terpakai pada triwulan IV 2017 tercatat sebesar 79,44%, lebih tinggi dibandingkan 78,17% pada triwulan sebelumnya.

Lebih lanjut, perbaikan kegiatan usaha juga berdampak pada penggunaan tenaga kerja. Walaupun masih diindikasikan mengalami penurunan, walaupun tidak lebih dalam dari penurunan pada triwulan sebelumnya.

“Perkembangan tersebut tercermin dari SBT penggunaan tenaga kerja triwulan IV 2017 yang terpantau negatif, yaitu sebesar -6,56%, lebih tinggi dari SBT pada triwulan III 2017 yang sebesar

-9,76%. Penggunaan tenaga kerja tetap menurun dikarenakan pelaku usaha terus melakukan efisiensi produksi,” tukasnya.

Menurut Ponco, secara umum, harga jual pada triwulan IV 2017 terindikasi mengalami kenaikan dengan tekanan yang lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari SBT tekanan harga jual sebesar 21,20% pada triwulan IV 2017, meningkat dibanding SBT sebesar 16,47% pada triwulan III 2017.

Sebagian besar pelaku usaha yang melakukan peningkatan harga jual didorong oleh kenaikan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, atau biaya energi. Namun demikian, sebagian kecil pelaku usaha menurunkan harga jual sebagai salah satu strategi untuk mempertahankan daya saing. Selain itu, turunnya tingkat suku bunga kredit juga mendukung dalam penurunan harga.

Pada triwulan I 2018, pelaku usaha memperkirakan bahwa kegiatan usaha masih akan mengalami pertumbuhan, namun tidak lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2017. Hal tersebut tercermin dari SBT perkiraan kegiatan usaha triwulan I 2018 tercatat sebesar 22,18%, lebih rendah dibandingkan SBT realisasi kegiatan usaha triwulan IV 2018 yang sebesar 30,36%.(ZP02)

Tinggalkan pesanan

email kami rahasiakan

Verified by MonsterInsights