Mahasiswa Poltekkes Semarang Beri Pelatihan Pembuatan Ecobrick Bagi Warga Srondol
SUASANA riuh terlihat di salah satu rumah warga RW X, Kampung Srondol Kulon, Banyumanik, Semarang, Minggu sore (20/5). Di halaman rumah itu, sekelompok ibu rumah tangga sibuk mendengarkan penyuluhan mengenai pembuatan ecobrick.

SUASANA riuh terlihat di salah satu rumah warga RW X, Kampung Srondol Kulon, Banyumanik, Semarang, Minggu sore (20/5). Di halaman rumah itu, sekelompok ibu rumah tangga sibuk mendengarkan penyuluhan mengenai pembuatan ecobrick.
Penyuluhan pembuatan ecobrick diinisiasi oleh para mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang (Poltekkes) yang sedang menggelar kuliah praktek lapangan di kampung tersebut.
“Dengan memasukan potongan-potongan sampah kering ke dalam botol bekas air mineral, kita bisa mereduksi sampah yang ada di kampung sekaligus meningkatkan kebersihan lingkungan sekitar,” kata Maulidia Sri Megawati, mahasiswi Jurusan Keperawatan Poltekkes, saat melakukan penyuluhan ecobrick di Srondol Kulon.
Ia mengaku semula terenyuh melihat banyaknya tumpukan sampah yang bertebaran di jalanan kampung. Bahkan, tak jarang warga membakar tumpukan sampah dengan sembarangan sehingga menimbulkan dampak kesehatan yang buruk.
“Karena akses masuk kampung di sini sangat curam dan terjal, maka tak ada satupun truk sampah yang mau memunguti sampah-sampah dari rumah warga. Akibatnya, warga tak punya tempat pembuangan sementara. Sampah yang menumpuk sering dibakar dan dibiarkan di jalanan. Maka, dengan ecobrick, mereka diharapkan bisa memilah sampah kering dan basah untuk kemudian didaur ulang,” terangnya.
Dikatakan, sejak diberi penyuluhan tiga pekan terakhir, antusiasme warga untuk memproduksi ecobrick cukup tinggi. Ia ingin warga belajar meningkatkan kebersihan dengan mendaur ulang sampah. Tujuan akhirnya, ecobrick yang dihasilkan mampu menambah penghasilan warga setempat.
“Karenanya, selama praktek di Srondol Kulon, kami juga menyediakan tong sampah di tiap RT,” bebernya.
Walmi, warga RT 5/RW X Srondol Kulon tampak bersemangat membuat ecobright. Ia mengaku akan menekuni pembuatan ecobright agar bisa mengurangi sampah yang ada di rumahnya.
Sugih Wijayati, Koordinator Praktek Komunitas Poltekkes mengatakan RW X Srondol Kulon termasuk zona merah kesehatan masyarakat. Musababnya, dari hasil kajian Puskesmas Srondol ditemukan adanya tingkat penularan penyakit TB yang cukup tinggi.
“Pihak puskesmas menemukan penduduk yang terserang diare dan ISPA cukup tinggi. Bahkan, dari 700 KK Srondol Kulon, ada 4 orang di RW X mengalami TB. Ini dipicu lingkungan yang tidak sehat, rumah berdempetan dengan kelembapan sangat tinggi,” ujarnya.
Ia pun berharap pemberdayaan ecobrick bisa meningkatkan derajat kesehatan dan status sosial ekonomi masyarakat setempat.
“Sehingga nantinya bisa menghasilkan uang untuk mendapat modal ekonomi sejenis,” pungkasnya. (ZP/05)