KOTA BANDUNG – Hingga Maret 2021, pembiayaan perbankan secara nasional masih terkoreksi sebesar -3,77 persen. Namun uniknya, justru pembiayaan di wilayah Jawa Barat (Jabar) tumbuh signifikan, yakni mencapai 5,80 persen.
Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jabar menyebutkan, dari tujuh provinsi penyalur pembiayaan terbesar di Indonesia , Jabar menempati peringkat pertama dalam penyaluranya. Kedua adalah Provinsi Banten , dimana pembiayaan perbankan tumbuh 4,86 persen, lalu Sulsel yang tumbuh sebesar 2,42 persen dan Jateng tumbuh sebesar 2,13 persen.
Pembiayaan turun cukup dalam dialami Provinsi DKI Jakarta yakni mencapai -10,24 persen, kemudian Sumatra Utara sebesar – 4,94 persen dan Jatim turun sebesar -1,66 persen.
Kepala OJK Regional 2 Jabar Indarto Budiwitono mengungkapkan, meskipun di tengah pandemi ini pembiayaan perbankan di Jabar naik cukup tajam.
“Jabar ternyata cukup unik, di tengah pandemi Covid-19, justru pembiayaannya naik cukup tajam,” ungkapnya dalam acara media update, Selasa malam (4/5/2021).
Indarto memaparkan secara umum pembiayaan perbankan di Jabar tumbuh positif. Pembiayaan dari dari 68 bank umum dan bank umum syariah yang beroperasi di wilayah ini per Maret 2021 mencapai Rp484 triliun. Angka tersebut tumbuh 5,80 persen dibandingkan catatan pada periode yang sama tahun lalu.
Adapun pembiayaan dari Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang beroperasi di Jabar, yakni BJB, Bank DKI, Bank Sumatra Barat, dan Bank Banten mencapai Rp56,1 triliun atau tumbuh 5,93 persen dibandingkan tahun lalu. Hanya, untuk Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan BPR Syariah kondisinya berbeda. Pembiayaan yang disalurkan justru mengalami koreksi -3,52 persen dibandingkan setahun yang lalu.
Indarto menjelaskan, dari total pembiayaan yang disalurkan tersebut sekitar 24,2 persen terserap untuk kepemilikan rumah tinggal, kemudian perdagangan (18,4%), serta pembiayaan multiguna (17,15). Penyaluran pembiayaan di Jabar didominasi pembiayaan dari Bank Buku IV senilai Rp256 triliun.
Sedangkan dari sisi sektor, sektor transportasi, jasa pengiriman, dan komunikasi mengalami pertumbuhan tertinggi dengan 47 persen serta sektor pertanian, perburuan, dan kehutanan yang tumbuh 21 persen. Hal ini didorong meningkatnya jual beli online dan penerapan work from home yang menggantungkan jaringan komunikasi internet yang mendorong bisnis jasa pengiriman barang.
“Pembebasan pajak hingga nol persen untuk otomotif ikut mendorong pembiayaan perbankan,” tambahnya.
Namun ia meminta perbankan untuk tetap waspada terhadap kredit macet atau NPL, mengingat pandemi diprediksi masih akan berlangsung hingga akhir tahun 2021. (zav)