Jaga Hulu Gunung Slamet, Pemprov Jateng Tanam Pohon Langka untuk Perkuat Resapan Air

BANYUMAS – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan pegiat sepeda dalam Komunitas Tendbir Semarang, menanam sebanyak 51 pohon di area Kebun Raya Baturraden, di Kabupaten Banyumas, Ahad, 23 November 2025.
Kegiatan diawali dengan Trail Run dari Curug Bayan-Curug Pancuran Pitu-Kebun Raya Baturadden dengan waktu tempuh lebih daru dua jam.
Agenda itu menjadi akhir dari rangkaian kegiatan Tendbir North Coast 2025. Sebelumnya sekira 50 orang bersepeda dari Semarang-Purwokerto (Banyumas) Sepanjang 200 Km. Tujuannya mempromosikan wisata Jawa Tengah dan mengirim pesan konservasi.
Lebih lanjut, di antara jenis-jenis pohon tersebut bahkan ada yang berstatus kritis dan dalam risiko kepunahan menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN). Salah satunya Pohon Sarangan (Castanopsis argentea), yang diambil untuk dikonservasi dari Gunung Kelud.
Ada juga pohon lain yang turut ditanam Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sumarno. Namanya Pohon Mranak (Castanopsis acuminatissima). Tanaman ini merupakan jenis yang pertama kali dikonservasikan di Kebun Raya Baturadden yang dikelola Pemerintah Provinsi Jateng.
“Kebun Raya Baturaden ini adalah kawasan konservasi dan pelestarian (flora). Tugas teman-teman disini mengidentifikasi tanaman-tanaman yang ada di wilayah Jawa Tengah, yang mungkin jumlahnya tidak banyak lagi. Lalu kita tanam di Kebun Raya Baturaden ini,” kata Sumarno.
Melalui kegiatan konservasi itu, dia mengajak masyarakat untuk memahami akan fungsi tanaman yang strategis. Salah satunya menunjang kawasan Baturadden di lereng Gunung Slamet sebagai wilayah resapan air. Keberadaan air penting untuk pemenuhan irigasi, serta kebutuhan air baku.
Dia mencontohkan, terjadinya penurunan tanah di wilayah Pantai Utara (Pantura). Hal itu imbas tingginya kebutuhan air dari pengambilan air tanah. Maka, penting untuk menjaga resapan air di wilayah pegunungan dan perbukitan dengan lebih masif konservasi penanaman pohon.
“Penanaman pohon di bukit-bukit di gunung-gunung ini, untuk kita menjaga kelestarian hutan dan juga melindungi daerah-daerah tangkapan air. Sehingga kebutuhan air di Jawa Tengah bisa tetap terpenuhi,” katanya.
Apalagi dari sisi religi, kata Sumarno, menanam pohon merupakan ibadah murah. Akan tetapi dampaknya menjadi sedekah. Mampu memberi manfaat bagi makhluk hidup, sehingga pahalanya tetap mengalir.
Sumarno ingin upaya konservasi menjaga resapan air di perbukitan dan pegunungan bisa meluas. Melibatkan beragam instansi terkait dan lintas kalangan, selain Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Hal ini juga sebagai upaya mencegah bencana seperti longsor dan banjir.
“Tidak hanya bicara bukit dan pegunungan yang dikelola Pemprov Jateng saja. Akan tetapi juga semuanya, juga yang dikelola Kementerian Kehutanan. Karena kita prihatin, permasalahan kerusakan lingkungan itu terjadi di hulu dan hilir,” katanya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Jawa Tengah, Widi Hartanto, mengatakan, luas Kebun Raya Baturadden mencapai 143,5 hektar. Dengan fokus utama konservasi ‘Tumbuhan Pegunungan Jawa’ kawasan tersebut berfungsi juga untuk penelitian, pendidikan, wisata, dan jasa lingkungan.
“Jadu koleksi tanaman di sini fokusnya ke tumbuhan pegunungan Jawa.
Akan tetapi juga saling tukar-menukar koleksi. Sehingga jumlah tanaman pelestariannya tetap dijaga dari seluruh Indonesia,” katanya.
Dijelaskannya, salah beberapa tanaman endemik di Gunung Slamet yang turut dikonservasikan yakni kantong semar (Nepenthes adrianii). Selain itu Pinang Jawa (Pinanga javana). Adapula tumbuhan anggrek endemik.
Lebih lanjut, di Kebun Raya Baturadden terdapat total 670 spesies, 3.263 spesimen, 409 genus, dan 129 family.
Jumlah itu berkembang sejak inisiasi Kebun Raya Baturadden pada tahun 2001, kemudian penanaman perdana pada 2004, dan peresmiannya pada 2015.***
