Syarat Pengurus PWNU Jateng harus Gemar Salawatan dan Tahlilan
SEMARANG- Acara halal bihalal Ngumpulke Balung Pisah, di Kampus Fakultas Kedokteran Universitas Wahid Hasyim, Semarang, Minggu (15/7) dihadiri seribuan warga Nahdliyyin dan tamu undangan. Sederet kiai sepuh hadir, antara lain KH Munif Zuhri, Pengasuh Ponpes Girikusumo, Mranggen, Ketum MUI Jateng Dr KH Ahmad Darodji sebagai pemrakarsa bersama Ketua Wantim MUI Jateng KH Ali Mufiz MPA, Ketua DPP MAJT Dr KH Noor Ahmad MA, mantan Ketua PWNU Jateng Drs H Achmad, Drs HM Adnan MA dan Dr Abu Hapsin PhD. Rektor Unwahas Prof Dr Mahmuhtarom SH MH, Mantan Dirjen Penyelenggaraan Haji Kemenag Prof Dr Abdul Jamil. Hadir pula Ketua PWNU Jateng yang baru, Drs H Muzamil MAg.
Halal bihalal diawali menyanyikan serentak lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Subhanul Waton.
Ketua PWNU Jateng Muzamil mengatakan siapapun yang mengabdi di NU bukan
untuk mencari jabatan, tapi semata ikhlas berkhidmat membesarkan organisasi berharap ridlo Allah. Maka, hadirnya para sesepuh akan membawah keberkahan untuk PWNU Jateng. Luasnya pengabdian di NU, katanya, seluas mengembangkan nilai-nilai aswaja untuk masyarakat.
Ditegaskan, ada tiga ukuran mengabdi di NU, yakni memegang teguh aqidah, syariah dan akhlak. “Kebijakan PWNU akan selalu berdasar pada tiga hal tersebut. Dan akhlak menjadi ukuran terpenting dengan terus belajar untuk melanjutkan kepemimpinan para sesepuh,” katanya.
Muzamil berterima kasih terselenggaranya halal bihalal ngumpulke balung pisah ke 21 ini. Halal bihalal tersebut sebagai amanah almarhum KH Abdul Hamid, tujuannya untuk mempererat tali silaturahim warga NU dari masa ke masa.
Sementara, mantan Sekretaris PWNU Jateng M Arja Imroni menegaskan, kohesi warga NU memiliki kekuatan yang luar biasa. Bila sempat terbelah maka akan cepat nyambung kembali, karena banyak budaya silaturahim. Ibarat air bila dibelah maka dengan cepat segera menyambung lagi.
Sementara KH Munif Zuhri dalam ceramahnya menegaskan syarat pengurus PWNU Jateng periode ke depan harus sosok yang gemar membaca salawat Nabi dan tahlil. Menurutnya, kriteria ini penting mengingat salawatan dan tahlil sebagai ciri nahdliyin, sebagai bentuk cinta kepada Nabi dan takwa kepada Allah. “Siapapun yang cinta kepada Nabi maka dijamin akan masuk surga. Maka jangan mudah membidahkan salawatan,” pesannya. (zp/03)