Penjualan Eceran Semarang Membaik
SEMARANG– Pada Desember 2017, penjualan eceran Kota Semarang diindikasikan mengalami perbaikan. Hal tersebut ditunjukkan oleh hasil Survei Penjualan Eceran, di mana indeks penjualan eceran riil (IPR) tercatat sebesar 189,5, atau tumbuh sebesar 5,3% (mtm).
“Walaupun demikian, tingkat pertumbuhan ini lebih lambat dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 6,6% (mtm),” kata Rachmat Dwi Saputra, Kepala Grup Bank Indonesia Kantor Perwakilan Jawa Tengah.
Dijelaskan, pertumbuhan dialami oleh seluruh kelompok komoditas, kecuali kelompok bahan bakar kendaraan bermotor yang tercatat stabil. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada komoditas peralatan komunikasi (13,3%; mtm); perlengkapan rumah tangga lainnya (8,7%; mtm); serta sandang (6,0%; mtm).
Secara tahunan, penjualan eceran di Kota Semarang masih terpantau menurun. Pada Desember 2017, IPR menurun sebesar 4,4% (yoy), lebih dalam dibandingkan penurunan bulan sebelumnya yang tercatat 3,2% (yoy).
“Analisis lebih rinci, penurunan penjualan ritel terjadi pada 6 dari 8 kelompok komoditas,” jelasnya.
Menurutnya, tiga kelompok dengan penurunan terdalam yaitu perlengkapan rumah tangga (23,2% yoy), barang lainnya (16,5% yoy); serta barang budaya dan rekreasi (12,4% yoy).
Sementara itu, penjualan kelompok komoditas peralatan dan komunikasi dan kelompok sandang mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 9,9% (yoy) dan 0,2% (yoy).
Sesuai pola musiman akhir tahun, kinerja penjualan eceran Kota Semarang diperkirakan terkontraksi pada Januari 2018. Perkiraan IPR Januari 2018 tercatat sebesar 181,1, atau turun 4,4% (mtm). Penurunan tersebut disebabkan karena normalisasi konsumsi masyarakat pasca akhir tahun. Namun demikian kontraksi tersebut tidak sedalam kontraksi pada Januari tahun lalu yang sebesar 8,0% (mtm).
Menurutnya, Apabila dianalisis secara tahunan, penjualan eceran pada Januari 2018 diperkirakan masih mengalami kontraksi. Penurunan IPR pada Januari 2018 yaitu sebesar 0,7% (yoy), relatif rendah dibandingkan kontraksi pada Desember 2017 yang tercatat 4,4% (yoy).
“Ekspektasi omset penjualan pada tiga dan enam bulan yang akan datang masih berada pada level optimis. Hal ini tercermin dari Indeks Ekspektasi Penjualan yang berada di atas angka 100,” ungkapnya.
Optimisme retailer terhadap penjualan eceran pada 3 bulan mendatang (April 2018), lanjutnya, diperkirakan relatif stabil dibandingkan optimisme pada bulan sebelumnya. Indikasi tersebut terlihat dari Indeks Ekspektasi Omset Penjualan 3 bulan mendatang yang tetap di level 118,6.
“Namun demikian, keyakinan pedagang pada 6 bulan yang akan datang (Juli 2018) diperkirakan melemah, terindikasi dari Indeks Ekspektasi Penjualan 6 bulan mendatang yang sebesar 167,4; lebih rendah dari indeks 176,7 pada bulan sebelumnya,” terangnya.
Sementara, Tekanan kenaikan harga secara umum pada tiga bulan yang akan datang diperkirakan relatif stabil dibandingkan tekanan pada bulan sebelumnya. Indikasi ini terlihat dari Indeks Ekspektasi Harga Umum 3 bulan mendatang (April 2018) sebesar 123,3, sama dengan indeks bulan sebelumnya.
“Adapun tekanan kenaikan harga pada 6 bulan mendatang (Juli 2018) diperkirakan meningkat akibat faktor musiman memasuki hari raya Idul Fitri, tercermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum 6 bulan mendatang sebesar 167,4, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 165,1,” tandasnya. (ZP/02)