BI: Kenaikan Harga Telur Tak Beri Dampak Besar pada Inflasi Juli
SEMARANG- Bank Indonesia menyatakan kenaikan harga telur ayam yang terjadi beberapa waktu lalu tidak memberikan dampak besar bagi Inflasi Jawa Tengah pada Juli 2018. Selama Juli, BI mencatat inflasi Jateng berada di angka 0,01% masih rendah dibanding yang diproyeksikan.
“Inflasi Juli 0.01% sangat rendah, itu di bawah proyeksi kita. Inflasi Jateng juga masih di bawah inflasi nasional. Sedangkan kanaikan harga telur tentu berpengaruh, tapi tidak terlalu besar,” kata Kepala Grup Advisory dan Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan BI Jawa Tengah, Rahmat Dwi Saputra, Selasa (7/8).
Dikatakan, inflasi pada telur ayam juga tidak terlalu terasa karena terkompensasi beras, sayuran dan sejumlah komoditas lain yang mengalami deflasi.
“Ada beberapa produk pertanian yang deflasi, seperti beras deflasi. Ini yang menyebabkan kenaikan telur terkompensasi harga beras dan sayuran,” ujarnya.
Ditambahkan, inflasi yang terjadi pada semester I 2018 masih terjaga, meski beberapa waktu lalu sempat terjadi inflasi pada saat mendekati Hari Raya Idul Fitri seperti pada moda transportasi angkutan darat dan udara.
“Angkutan darat dan udara paling tinggi inflasinya, dan listrik, tapi bulan ini listrik tidak ada. Semester I ini terjaga. Masih di bawah level proyeksi kita,” terangnya.
Dilanjutkan, inflasi bulan depan diprediksi akan tejadi pada pendidikan mengingat sudah mulai masuk tahun ajaran baru.
“Kalau yang mengkhawatirkan tidak ada, namun yang mungkin inflasi ada pada pendidikan karena sudah masuk tahun ajaran baru, sudah mulai perkuliahan, sekolah SMP dan SMA. Tapi peningakatnya tidak terlalu tinggi,” pungkasnya. (ZP/05)