Bisnis Properti di Jateng Belum Tumbuh Signifikan
SEMARANG- Bisnis properti di Jawa Tengah hingga akhir tahun 2018 belum menunjukkan pertumbuhan signifikan. Hal itu terlihat dari sepanjang pameran Property Expo Semarang yang dihelat sebanyak 10 kali tercatat mengalami penurunan pembelian rumah.
“Perolehan penjualan rumah di tahun 2017 ada 407 unit, 2018 ada 209 unit. Dilihat dari barometer pameran memang turun, bahkan penjualan tahun ini tidak bagus, jauh lebih rendah,” kata Ketua Panitia Property Expo Semarang, Dibya K Hidayat dalam laporan penutupan pameran Property Expo Semarang ke-10 di Temparang Resto, Semarang, Kamis (13/12).
Adapun catatan Dibya, pada pameran Property Expo Semarang ke-10 yang menjadi pameran terakhir di tahun 2018 ini terjual sebanyak 31 unit. Angka itu diakunya masih jauh dari target yang telah ditentukan.
Dibya mengatakan, berbagai faktor turut menjadi penyebab lesunya bisnis properti di Jateng, seperti masih wait and see-nya para pembeli, panasnya suhu politik dan beberapa faktor lain.
Untuk menggenjot bisnis properti di tahun depan, lanjutnya, pihaknya bakal bekerja lebih dengan memaksa perbankan untuk mendukung penuh dengan menyediakan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang sesuai.
“Kemungkinan tahun depan akan memaksa perbankan terkait untuk mendukung, semakin banyak perbankan akan semakin bagus, karena semakin banyak pilihan tentu makin bagus,” ujarnya.
Sementara, Vice Presiden Consumer Loan Region VII Jawa 2 Bank Mandiri, Dwipo Argo Susetyo menambahkan, Bank Mandiri sebagai pendukung kegiatan pameran tersebut mencatat terdapat 80 orang yang potensial membeli rumah dan 50 orang sudah mengajukan KPR di pameran ke-10 itu.
“Catatan kami mendapatkan 80 orang hot prospek, yang masih pikir-pikir, masih lihat-lihat, namun ini cukup bagus. Sementara yang closing 56 orang sudah mengajukan KPR, total nilainya Rp 29 miliar,” paparnya.
Dilanjutkan, total KPR yang disalurkan Bank Mandiri sepanjang 2018 tercatat juga masih jauh dari target. Bank Mandiri sebelumnya manargetkan pembiayaan KPR di tahun 2018 senilai Rp 1,1 triliun, akan tetapi hingga November baru mencapai Rp 800 miliar.
“Kita evaluasi, kita akan berusaha memenuhi target dengan melakukan pemasaran, terutama perusahaan, pameran dan lainnya, itu yang harus kita lakukan sekarang dan kedepannya,” ucapnya. (ZP/06)