Canangkan Go Global, RNI Bukukan Laba Konsolidasi Rp 353 Miliar
JAKARTA- Di tengah kondisi ekonomi global yang masih belum menggembirakan serta tren perlambatan perekonomian negara-negara di Dunia belakangan ini, PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero), pada tahun 2017 mampu tampil dengan kinerja yang terus membaik dari tahun-tahun sebelumnya.
Hal tersebut terungkap dalam RNI Global Economic Outlook 2018 yang digelar pada hari Jumat (5/4, di BSD Serpong, Tangerang Selatan.
RNI Global Economic Outlook 2018 merupakan bagian dari rangkaian acara RNI Award 2018.
Hadir sebagai Pembicara dalam acara yang berformat Talk Show tersebut yaitu Direktur Utama PT Djakarta Lloyd (Persero), Suyoto dan Direktur Utama PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk., Tumiyana.
Menurut Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero), B. Didik Prasetyo, RNI Global Economic Outlook 2018 baru pertama kali dilaksanakan pada tahun ini.
“Melalui acara ini, RNI ingin lebih banyak mendengar pengalaman kedua BUMN tersebut tentang Corporate Sustainability Activities, sebagai input guna mempertahankan tren kinerja positif RNI pada tiga tahun terakhir serta untuk menggapai visi menuju pasar global,” jelas Didik.
Dijelaskan, pada tahun buku 2017, kinerja positif RNI dibuktikan dengan perolehan laba bersih sebesar Rp 353 miliar atau meningkat 43 persen dibanding laba bersih tahun 2016 yang berada di angka Rp 247 miliar. Pencapaian tersebut lebih tinggi 264 persen di atas target yang sudah dicanangkan pada tahun 2017, yaitu sebesar Rp 96 miliar.
Menurut Didik, meningkatnya laba RNI secara signifikan, ditopang oleh peningkatan angka penjualan konsolidasi dari keempat sektor usaha Perseroan. Pada tahun 2017, RNI mencatatkan nilai penjualan konsolidasi sebesar Rp 5,15 triliun, lebih tinggi dari capaian tahun sebelumnya sebesar Rp 5 triliun. Kontribusi penjualan terbesar dihasilkan dari sektor farmasi dan alat kesehatan (alkes) yang membukukan nilai penjualan sebesar Rp 1,9 triliun atau meningkat 5 persen dari tahun 2016 yang berada di angka Rp 1,8 triliun.
Didik menambahkan, capaian sektor farmasi dan alkes tersebut terpaut tipis dari jumlah penjualan sektor agroindustri yang pada tahun 2017 berada di posisi Rp 1,8 triliun atau meningkat 6 persen dari perolehan tahun 2016 sebesar Rp 1,7 triliun.
Dari jumlah tersebut bidang industri tebu masih menjadi andalan dengan menyumbang penjualan sebesar Rp 1.5 triliun, sementara bidang perkebunan lainnya (teh, kelapa sawit, dan karet) mencatatkan penjualan Rp 281 miliar. Adapun sektor perdagangan umum serta barang dan jasa lainnya berhasil membukukan penjualan sebesar Rp 1,45 triliun.
Menurut Didik, kontribusi laba terbesar RNI tahun 2017 dihasilkan dari sektor farmasi dan alkes di angka Rp 165 miliar. Jumlah tersebut lebih besar Rp 57 miliar atau meningkat 53 persen dari capaian tahun 2016 yang berada di posisi Rp 108 miliar.
“Meningkatnya grafik bisnis RNI juga diimbangi oleh peningkatan nilai aset perseroan, dimana pada tahun ini menyentuh angka Rp 12 triliun,” ungkapnya.
Adapun aset RNI berhasil meningkat sebesar 12 persen dibandingkan tahun 2016 yang berada pada posisi Rp 10.3 triliun. Pertumbuhan ini 7 persen lebih besar dari yang ditargetkan di awal tahun buku 2017, yaitu sebesar Rp 11,2 triliun.
Sementara itu, dari sisi produksi, di bidang industri gula pencapaian rendemen (tingkat kandungan gula dalam tebu) tebu RNI tahun 2017 tercatat lebih tinggi 23 persen dari tahun 2016. Dari tiga Anak Perusahaan yang bergerak dalam industri gula secara rata-rata diperoleh rendemen sebesar 7,7 atau meningkat dari tahun 2016 yang berada pada posisi 6,3.
Peningkatan ini disebabkan oleh pembenahan yang terus dilakukan khususnya dari sisi on farm. Selain itu, daya dukung alam dan lingkungan serta infrastruktur menjadi faktor yang tidak dapat dilepaskan sehingga mampu memperlancar supply bahan baku tebu giling.
Didik mengatakan, pencapaian tersebut melengkapi capaian positif RNI dalam tiga tahun terakhir. Hal tersebut menjadi modal utama RNI untuk mulai lebih fokus mengembangkan sayap bisnis ke kancah global sesuai dengan visi dan target yang sudah dicanangkan.
Sebelumnya, produk farmasi dan agroindustri RNI telah merambah pasar global di beberapa Negara Asean Asia, dan Afrika, namun pada tahun ini manajemen menargetkan untuk membuka pasar baru di beberapa Negara.
“RNI menargetkan terus membuka pasar baru bagi produk-produk RNI, beberapa Negara menjadi prioritas di antaranya Myanmar, Korea, India, dan Polandia. Responsif terhadap perubahan global dan membuka wawasan menjadi salah satu kuncinya,” tandas Didik. (ZP/05)