Memasuki Tahun Ajaran Baru, Inflasi Jawa Tengah Masih Terkendali

0
-RAHMAT DWISAPUTRA- Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah. Foto : Dok.BI/zonapasar.com

SEMARANG – Inflasi di Provinsi Jawa Tengah pada Juli 2025 tercatat sebesar 0,18% secara bulanan (month-to-month/mtm), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 0,24% (mtm) serta di bawah inflasi nasional yang mencapai 0,30% (mtm).

Secara tahunan (year-on-year/yoy), inflasi Jateng tercatat sebesar 2,52%, sedikit lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional sebesar 2,37% (yoy). Dari sisi spasial, seluruh kota pantauan inflasi di Jawa Tengah mengalami inflasi, dengan inflasi tertinggi tercatat di Kota Tegal sebesar 0,41% (mtm).

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra, menjelaskan bahwa inflasi pada Juli utamanya disumbang oleh Kelompok Pendidikan, yang memberikan andil sebesar 0,09% (mtm).

Kenaikan ini sejalan dengan dimulainya tahun ajaran baru 2025/2026, yang menyebabkan peningkatan biaya sekolah di berbagai jenjang, mulai dari taman kanak-kanak hingga sekolah menengah atas.

“Komponen penyumbang inflasi pada kelompok tersebut antara lain berasal dari biaya sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, sekolah dasar, dan taman kanak-kanak, seiring dengan kenaikan biaya pendaftaran ulang dan/atau kenaikan Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) di sebagian sekolah,” ujarnya.

Selain itu, lanjutnya Kelompok Transportasi juga turut memberi andil sebesar 0,03% (mtm) akibat penyesuaian harga BBM nonsubsidi oleh PT Pertamina (Persero) pada awal Juli. Harga Pertamax naik sebesar 3,31% (mtm), Pertamax Turbo 3,45%, Pertamax Green 95 sebesar 3,52%, dan Dexlite 4,55%, mengikuti tren kenaikan harga minyak mentah global.

Kontribusi inflasi juga datang dari Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau sebesar 0,03% (mtm), terutama dari komoditas beras, bawang merah, dan cabai rawit. Beras kembali menjadi penyumbang inflasi terbesar dalam dua bulan terakhir, meskipun andil inflasi beras menurun dari 0,05% pada Juni menjadi 0,04% (mtm) di Juli.

“Kondisi ini disebabkan panen gadu yang masih sporadis dan belum mampu menekan harga secara optimal,” jelasnya.

Ia menyampaikan, guna menekan lonjakan harga beras, Perum Bulog Jawa Tengah telah menargetkan penyaluran beras SPHP sebanyak 12.651 ton hingga akhir Juli 2025, dari total alokasi 168.686 ton untuk sepanjang tahun. Sementara itu, naiknya harga bawang merah dan cabai rawit disebabkan oleh pasokan yang terbatas akibat cuaca yang kurang mendukung.

Guna menjaga inflasi tetap dalam rentang target nasional sebesar 2,5±1%, Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terus memperkuat koordinasi lintas sektor.

“Berbagai program pengendalian inflasi terus dijalankan, termasuk upaya menjaga ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi barang kebutuhan pokok di wilayah Jateng,” pungkasnya.***

Tinggalkan pesanan

email kami rahasiakan

Verified by MonsterInsights