Mereview Olahraga Nasional, Prioritas atau Terpinggirkan?
ZONAPASAR.COM – SEJAK zaman Orde Baru, olahraga ditempatkan sebagai salah satu bidang yang disebut-sebut sebagai bidang pembangunan manusia seutuhnya. Berpuluh tahun, Pemerintah berusaha mendesain prestasi olahraga sedemikian rupa, tapi belum juga diperhitungkan dunia. Hanya bulutangkis yang masih bisa ”bersuara”.
Saat ini, raihan prestasi di tingkat Asia masih cenderung pasang surut, apalagi untuk tingkat dunia seperti di Olimpiade. Artinya, kita layak bersedih jika pembangunan sektor olahraga masih terpinggirkan, bukan masuk skala prioritas dalam pembangunan nasional.
Pada level Asia, pada perhelatan Asian Games, kita sempat bernapas lega ketika menjadi tuan rumah Asian Games tahun 2018. Indonesia menempati peringkat 4 dengan capaian 31 emas, 24 perak, dan 43 perunggu, setelah sebelumnya di Incheon (Korea/2014), berada pada ranking 17 dengan 4 emas, 5 perak, dan 43 perunggu.
Namun, terakhir pada Asian Games Hangzhou Cina 2022, Indonesia kembali terjerembab di posisi ke-13, dengan 7 emas, 11 perak, 18 perunggu. Meskipun masih lebih baik dibanding negara Asia Tenggara lainnya, sepertinya kita sulit melakukan lompatan-lompatan seperti Jepang, Korea, dan negara-negara Asia Selatan.
Pertanyaannya, apakah potensi Indonesia hanya seperti ini bakal selamanya? Penulis yakinkan tidak, sepanjang kita mau berubah dan benar-benar melihat olahraga sebagai ruang pembangunan dalam memperjuangkan harga diri bangsa, harga diri daerah, dan tentu saja harga diri masyarakat olahraga Indonesia.
Perubahan sistem dan pola pembangunan olahraga tentu harus dilakukan oleh pemegang kebijakan yakni pemerintah, baik di pusat maupun daerah. Salah satu yang kini selalu menjadi kendala dalam proses pengembangan dan peningkatan prestasi olahraga di Tanah Air adalah minimnya dukungan dari pemerintah.
Memang, Pemerintah memiliki Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) sebagai peta jalan menuju prestasi dunia. DBON yang dipayungi Perpres Nomor 86 Tahun 2021 merupakan program pembangunan jangka panjang 2021-2045 untuk membidik target prestasi terbaik di Olimpiade 2044 atau mometum 100 tahun Indonesia Merdeka.
Ada 14 cabang prioritas DBON, meliputi bulutangkis, angkat besi, panjat tebing, panahan, menembak, wushu, karate, taekwondo, balap sepeda, renang, atletik, senam artistik, pencak silat, dan dayung.
Namun, bukankah sejauh ini hanya beberapa cabang saja yang prestasinya mendunia. Penulis khawatir DBON hanya sebatas cita-cita besar saja.
Perjuangkan Nasib Olahraga
Penulis yang lebih dari 50 tahun berkecimpung dalam dunia olaharaga, khususnya beladiri taekwondo, merasakan betapa beratnya beban moral dan tanggung jawab sebagai pembina cabang olahraga bela diri ini.
Saya kira sekarang momentum yang tepat bagi masyarakat olahraga untuk memperjuangkan nasibnya terkait dengan hajatan besar negeri ini, yakni pemilihan umum. Masyarakat olahraga yang jumlahnya pasti jutaaan di Tanah Air, memiliki kekuatan untuk berperan dalam pesta demokrasi ini, mulai dari pemilihan anggota legislatif (pileg) DPRD dari tingkat kabupaten/kota, provinsi maupun untuk pusat DPR RI.
Ayo, masyarakat olahraga mulai dari atlet, pelatih, pembina, pengurus olahraga, guru olahraga dan juga para akademisi yang jutaan jumlahnya menyatukan tekad untuk menempatkan orang-orang olahraga di legislatif supaya mampu dan ikut menjadi pengambil keputusan, terutama terkait dengan pendanaan olahraga .
Mengapa hal ini perlu penulis sampaikan, karena faktanya selama ini, olahraga hanya menjadi tunggangan dari sebagian politisi sebagai kendaraan untuk meraih suara dalam pileg. Kalaupun ada dana aspirasi dari anggota Dewan tersebut, itupun juga hanya suka-suka dia. Menyedikan jika olahraga cuma digunakan untuk kepentingan sesaat.
Wahai masyarakat olahraga, ayo berjuang di pileg nanti, satukan tekad untuk tampil dengan kekuatan penuh mendorong para tokoh kita berjuang menjadi anggota Dewan. Karena hanya dengan cara ini olahraga akan diperjuangkan di meja-meja sidang dalam pengambilan keputusan.
Terus terang saja, jika masih seperti sekarang, maka kita tidak akan mampu berbuat banyak dalam proses pembangunan olahraga dan pembinaan serta peningkatan prestasi atlet.
Orang awam selalu bicara terserah pemerintah, apapun hasilnya silakan nikmati. Namun bagi seorang pejuang tentu beda cara: Untuk menjadi yang terbaik harus berjuang sekuat tenaga, bahkan bila perlu sampai nafas terakhir. Tetapi yang penting yang harus kita ketahui dan sadari, bahwa jika ingin ikut berpartisipasi dalam proses perjuangan pembangunan berbagai bidang, sesuai dengan sistem ketatanegaraan kita, maka mau tidak mau kita harus masuk dalam sistem.
Salah satu sistemnya adalah dengan menempatkan para tokoh olahraga di DPRD Kabupaten/Kota, DPRD Provinsi bahkan di DPD RI. Ini penting sekali bagi (bidang) olahraga, karena para wakil rakyat inilah yang mengesahkan besaran anggaran (APBD) dalam suatu daerah dan atau APBN di negara kita. Lazim kita lihat di lapangan, bahwa kucuran dana olahraga sering kali tersendat di meja sidang legislatif.
Pengajuan besaran anggaran dari pemerintah (bupati, gubernur, bahkan presiden) sekalipun akan kena potongan yang sangat dahsyat manakala legislatifnya tidak memahami kebutuhan dana pembangunan dan pembinaan prestasi olahraga. Sebaliknya, jika pemerintah pengajuannya terlalu kecil, bisa jadi di legislatif akan bertambah angkanya, manakala wakil rakyat paham kebutuhan olahraga.
Semestinya kita bisa belajatr dari Vietnam. Sebagai tambahan informasi, pada tahun 1991 Anggaran utk Pembinaan Olahraga di Vietnam sebesar 12,5 % dari APBN- nya. Prestasi Vietnam pada level Asia Tenggara, setelah menempati urutan kedua pada SEA Games Filipina 2019, menjadi juara umum beruntun di SEA Games Vietnam 2021 Vietnam dan SEA Games Kamboja 2023.
Kini butuh pemimpin-pemimpin yang bisa mengembalikan olahraga, minimal sebagai Macan Asia Tenggara seperti dulu. Ayo berjuang, satukan tekad untuk maju bersama menata ulang lagi nasib olahraga kita. Salam olahraga….. Jaya!!!!
Penulis : Alex Harjanto
(Penerima Penghargaan Penggerak Olahraga Kemenpora Tahun 2023)