Triwulan II 2023, Ekonomi Jawa Tengah Tumbuh 5,23 persen YoY
ZONAPASAR.COM, SEMARANG – Rilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada 7 Agustus 2023 mencatat perekonomian Jawa Tengah pada triwulan II 2023 tumbuh 5,23 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan perekonomian Nasional (5,17 persen yoy). Sumber pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah terbesar pada sisi pengeluaran adalah konsumsi rumah tangga, investasi, dan konsumsi pemenntah. Sementara dan sisi lapangan usaha, sumber pertumbuhan berasal dari sektor industri pengolahan dan perdagangan.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra mengatakan, dari sisi pengeluaran, Konsumsi Rumah Tangga memiliki andil terhadap PDRB sebesar 3,434 dan tumbuh sebesar 5,79 persen (yoy). Pertumbuhan positif Konsumsi Rumah Tangga sejalan dengan momentum HBKN. Hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), yang mencerminkan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi, masih berada pada level optimis (»100) sebesar 134,03, meningkat dibanding triwulan | 2023 (130,4).
“Sumber pertumbuhan PDRB Jawa Tengah juga didorong oleh kinerja investasi (andil 1,83 persen) yang tumbuh sebesar 6,74 persen (yoy). Pertumbuhan positif investasi di awal tahun ditopang oleh pembangunan Proyek Strategis Nassonal, khususnya pembangunan jalan tol Jogja-Solo, tol Semarang-Demak sesi 1,” katanya.
Selain itu, lanjutnya, terdapat beberapa perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negen (PMDN) yang sedang melangsungkan pembangunan di KEK Kendal (penambahan tenant 15,38 persen yoy) dan KIT Batang yang direncanakan akan selesai pada 2023.
Lebih lanjut, konsumsi Pemerintah juga tumbuh positif sejalan dengan peningkatan realrsasi belanja pegawai dari APBN sebesar 15,52 persen (yoy) karena pembayaran THR (Gaji ke-13) dan penambahan Tunjangan Kinerja.
Di sisi lain, net ekspor luar negeri pada triwulan berjalan menahan laju pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah lebih tinggi. Ekspor luar negeri Jawa Tengah tercatat masih terkontraksi sebesar 16,57 persen (yoy). Hal ini disebabkan penurunan ekspor TPT, Furnitur, dan alas kaki, akibat permintaan global masih belum kembali normal, terutama dari mitra dagang utama (Amenka Serikat dan Eropa). Sejalan dengan hal tersebut, impor Luar Negeri Jawa Tengah juga masih terkontraksi pada triwulan II 2023 (-2,31 persen yoy) disebabkan oleh penurunan wmpor bahan baku dan modal, meski impor barang konsumsi meningkat.
Dari sisi lapangan usaha (LU), sumber pertumbuhan terbesar PDRB triwulan II 2023 berasal dari industri pengolahan dan perdagangan. Sektor utama industri pengolahan memilik andil pertumbuhan sebesar 1,27 persen dan tumbuh sebesar 3.83 persen (yoy), melambat dibanding triwulan sebelumnya (4,12 persen yoy). Perlambatan terutama karena sub sektor ndustn TPT dan alas kaki. Selan disebabkan permintaan global yang lemah, perlambatan juga disebabkan dampak re-opening
“Tiongkok yang menyebabkan kenaikan impor konsumsi terutama impor produk pakaian jadi dan rajutan, serta filament dengan harga yang murah akibat dearance sale di negara tersebut. Masuknya produk Tiongkok tersebut memperburuk kinerja subsektor TPT dan alas kaki di pasar domestik,” ujarnya.
Sebaliknya, sektor perdagangan masih tumbuh kuat seiring dengan momentum HBKN Idul Fitri, serta libur sekolah. Sejalan dengan peningkatan investasi, sektor konstruksi juga meningkat dibanding triwulan sebelumnya sejalan dengan proses pembangunan proyek strategis nasional (PSN) dan proyek swasta di KEK Kendal dan KIT Batang diantaranya pada subsektor industri alas kaki, farmasi, plastik, gas, keramik, furniture.
Selama itu, sektor pertanian juga meningkat dan 2,38 persen (yoy) menjadi 3,87 persen (yoy) pada triwulan II 2023 disebabkan oleh peningkatan subsektor pertanian, kehutanan, dan penkanan sebesar 2,87 persen seiring dengan peningkatan sapi potong sebesar 0,07 persen dan ekspor ikan sebesar 14,73 persen di tengah penurunan produksi padi.
Ke depan, pemulihan ekonomi Jawa Tengah diprakirakan terus berlanjut dengan didukung perbaikan dari sisi domestik. Sementara peningkatan sisi ekspor luar negeri diperkirakan masih terkendala oleh moderasi perekonomian global akibat inflasi global yang masih tinggi dan heatwave yang berdampak pada peningkatan harga komoditas terutama pangan.
Di sisi domestik, kinerja investasi diperkirakan masih tetap tumbuh kuat. Prospek Jawa Tengah yang memikki kawasan mdustri terpadu diharapkan mampu terus menjadi daya tarik bagi investor untuk merelokasi industri maupun berinvestasi teknologi terkini.
Selanjutnya, peran stimulus fiskal dan realisasi program pemerintah akan berkontnbusi positif sebagai penyangga pemulihan ekonomi. Untuk melanjutkan tren pemulihan ekonomi Jawa Tengah yang berkesinambungan, diperlukan langkah nyata dan sinergi kebijakan antara pemerintah daerah, Bank Indonesia, dan pelaku usaha dalam mempertahankan produktivitas sektor-sektor utama dan menjaga iklim investasi tetap kondusif.(ule)