Antisipasi Dampak Perang Dagang, Pemprov Jateng Jajaki Pasar Ekspor Timur Tengah
SEMARANG- Mengantisipasi dampak perang dagang yang terjadi antara Amerika dan Tiongkok, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Jateng) melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jateng mulai menjajaki pasar ekspor ke negara-negara Timur Tengah.
Kepala Disperindag Jawa Tengah, Arif Sambodo mengatakan, adanya kebijakan negara Amerika dan negara maju lainnya yang akan meninjau ulang kebijakan tarif ekspor ke negara berkembang memaksa pemerintah Indonesia untuk membuka pasar ke negara lainnya.
“Di samping kita meningkatkan kualitas produk ekspor, kita juga membuka peluang pasar baru, seperti di Timur Tengah, Afrika, Amerika Selatan dan Eropa Timur,” kata Arif Sambodo, Kamis (12/7).
Dikatakan, sudah saatnya Indonesia mulai melihat pasar non tradisional ke negara-negara tersebut agar dampak peninjaun tarif ekpor yang diwacanakan negara-negara maju tersebut bisa diminimalisir.
“Kita perlu menengok pasar non tradisional. Kita sudah bicara dengan pemerintah Chili, Afrika Selatan, dan nanti November ada pembicaraan di Jeddah, ini jadi upaya dorongan membuka pasar ekspor kita,” ujarnya.
Dikatakan, produk yang diekspor nantinya bermacam-macam, tidak hanya tekstil dan barang tekstil, namun juga ada furniture, produk makanan minuman dan lainnya.
“Dan di Arab barang dari logam mereka itu suka, permintaannya cukup tinggi, sehingga ini menjadi potensi yang sangat besar,” ucapnya.
Dejalaskan, untuk mempermudah rencana tersebut, akan dilakukan beberapa langkah seperti pembicaraan dengan negara terkait, promosi dan lainnya.
“Ini jadi sasaran untuk melebarkan pasar, kita akan komunikasi dan promosi. Ini jadi misi dagang. Kita juga baru saja melatih para eksportir agar tahu cara membuka pasar ekspor karena negara-negara itu berbeda dalam menyikapi, sehingga kita harus tahu pola-polanya,” pungkasnya. (ZP/05)