Februari 2019, BPS Catat Jateng Alami Deflasi 0,30%,
SEMARANG – Turunnya harga bawang merah, telur ayam ras, cabai merah, daging ayam ras serta angkutan udara membawa Jawa Tengah pada Februari 2019 mengalami deflasi 0,30% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 132,93.
Adapun, kelompok bahan makanan menyumbang sebesar 1,54%, sedangkan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan berkontribusi 0,52% terhadap total deflasi di Jateng.
“Jateng Februari ini mengalami deflasi yang lumayan tajam mencapai 0,30% dan kelompok bahan makanan menjadi penyumbang utamanya,” kata Kepala BPS Provinsi Jateng, Sentot Bangun Widoyono, Jumat (1/3).
Sentot menambahkan, deflasi terjadi di enam kota SBH di Jawa Tengah. Kota Tegal mengalami deflasi tertinggi yaitu sebesar 0,44% dengan IHK sebesar 131,18 diikuti deflasi di Kota Semarang sebesar 0,37% dengan IHK sebesar 132,50 Kota Purwokerto sebesar 0,26% dengan IHK sebesar 131,74 Kota Cilacap sebesar 0,25% dengan IHK sebesar 137,83 Kota Kudus sebesar 0,21% dengan IHK sebesar 140,97 dan deflasi terendah terjadi di Kota Surakarta sebesar 0,11% dengan IHK sebesar 129,67.
“Deflasi di Jawa Tengah terjadi karena penurunan indeks pada kelompok pengeluaran yaitu kelompok bahan makanan sebesar 1,54% dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,52%,” jelasnya.
Dia menuturkan, untuk kenaikan indeks terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,24% diikuti kelompok sandang sebesar 0,22% kelompok kesehatan sebesar 0,19% kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar dan sebesar 0,13% dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,09%.
Di sisi lain, lanjut Sentot, penahan laju deflasi di Jateng adalah naiknya harga bawang putih, sawi hijau, kangkung, bayam dan upah pembantu rumah tangga. Tingkat inflasi tahun kalender Februari 2019 sebesar minus 0,04% dan tingkat inflasi tahun ke tahun/Y on Y sebesar 1,51%.
“Naiknya harga sayuran seperti bawang putih, sawi hijau, kangkung, bayam cukup berpengaruh terhadap laju deflasi di Jateng,” katanya. (ZP/05)