Kenaikan Harga BBM Non-Subsidi Sumbang Inflasi Jateng
SEMARANG- Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) mencatat inflasi pada bulan Oktober 2018 sebesar 0,30%. Adapun di antaranya dipengaruhi oleh kenaikan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan Bahan Bakar Minyak (BBM) sebesar 0,20%.
“Inflasi pada Oktober 2018 yang sebesar 0,30% ini karena didorong adanya kenaikan BBM yang mengalami kenaikan harga, kemudian didorong juga naiknya harga cabai merah, cabai rawit, jeruk dan semen,” kata Kepala BPS Provinsi Jateng, Sentot Bangun Widoyono, Kamis (1/11).
Dikatakan, inflasi yang terjadi masih dalam batas kewajaran dan terkendali, sehingga hal itu tidak perlu ditakutkan. Secara perhitungan, kata dia angka inflasi Jateng juga lebih rendah bahkan jauh dibandingkan proyeksi inflasi nasional yang sebesar 3,5%.
Dilanjutkan, kota-kota di Jateng yang mengalami inflasi diantaranya, Kota Cilacap terjadi inflasi tertinggi sebesar 0,41% dengan IHK sebesar 136,68, diikuti inflasi di Kota Purwokerto dan Kata Tegal masing-masing sebesar 0,35% dengan IHK masing-masing sebesar 130,76 dan 130,40, Kota Kudus sebesar 0,29% dengan IHK sebesar 139,84, Kota Semarang sebesar 0,28% dengan IHK sebesar 131,94 dan inflasi terendah terjadi di Kota Surakarta sebesar 0,24% dengan IHK sebesar 128,29.
Ditambahkan, adapaun yang menahan laju inflasi Jateng karena dipengaruhi turunnya harga telur ayam ras, bawang merah, bawang putih, kangkung dan daging ayam kampung.
Dilanjutkan, inflasi juga terjadi di enam ibukota provinsi di Pulau Jawa. lnflasi tertinggi terjadi di Kota Bandung sebesar 0,50% diikuti DKI Jakarta sebesar 0,28%, Semarang sebesar 0,28%, Surabaya sebesar 0,15, Kata Yogyakarta sebesar 0,13, dan inflasi terendah terjadi di Kota Serang sebesar 0,06%. (ZP/05)