Menyadarkan Masyarakat Terkait Energi Terbarukan Butuh Waktu

SEMARANG – Kabid Kualitas Hidup dan Perlindungan Dinas DP3AP2KB Provinsi Jawa Tengah, Sri Dewi Indrajati mengatakan, untuk menyadarkan masyarakat tentang penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) membutuhkan waktu cukup lama.
Menurutnya, hal paling penting terlebih dahulu disampaikan yakni informasi tentang EBT harus didengar oleh masyarakat.
“Bagaimana membuat masyarakat yang kritis akan kebutuhannya. Jadi bukan dipantau, masyarakat menggunakan EBT atau tidak, tapi menyadarkan bahwa itu penting untuk dia,” kata Dewi, Senin (26/8/19)
Dikatakan, pemahaman tentang EBT harus juga dipahami oleh segenap perangkat desa di Jawa Tengah. Musyawarah desa menjadi sarana bagaimana isu EBT harus masuk didalamnya. Hal tersebut, kata dia, menjadi kunci.
“Ini menjadi PR bagi ESDM. Bagaimana ia menyuarakan ini sampai di desa. Dana desa bisa dipergunakan bukan hanya untuk fisik tapi juga untuk pemberdayaan,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sujarwanto Dwi Atmoko mengatakan, konsumsi masyarakat terhadap energi fosil sangat tinggi, baik minyak, gas, dan batu bara. Ia berharap, EBT dapat membantu mengurangi konsumsi terhadap energi fosil.
“Inklusivitas ini menjadi satu nilai yang penting alam pembangunan kita dalam ratifikasi nasional kita sudah sepakat untuk mensosialisasikan SDGs (Pembangunan Berkelanjutan),” katanya.
Disebutnya, di Jawa Tengah sendiri sudah punya Perda No. 12 Tahun 2018 tentang Perencanaan Umum Energi Daerah, bagaimana EBT meningkat di Jateng.
“Penggunaan energi bersih tahun lalu sekitar 7,9 persen. Saat ini sampai 10,8 persen. Kita ingin mencita-cotakan 2025 bisa mencapai 21,3 %. Begitu juga sampai tahun 2050 target besarnya bisa kita pasang,” tandasnya. (ZP/07)