Munculnya Poros Baru Melemahkan Kekuatan Sudirman Said
SEMARANG – Pengamat Politik Undip Teguh Yuwono mengatakan, calon gubernur yang diusung PDIP di ajang Pilgub Jateng 2018 akan menang mudah jika calon yang ada lebih dari dua pasang. Jika yang bertarung hanya dua pasang, yaitu Sudirman Said dan calon dari PDIP maka keduanya akan bersaing ketat.
“Calon PDIP, siapapun orangnya yang akan diusung nanti, akan menang menang mudah jika calon lebih dari dua pasang. Karena syarat menang bagi calon di Pilgub Jateng tidak harus meraih suara lebih dari 50 persen + 1 seperti di Jakarta, cukup 30 persen lebih,” kata Teguh Yuwono dalam acara Diskusi Kelompok Terarah atau Focus Group Discussion(FGD) di Patra Jasa Semarang, Jumat (29/12).
Menurut Teguh, saat ini Jateng masih bisa dikatakan kandang banteng alias kandang PDIP. Survai di Jawa Tengah saat ini, PDIP memiliki pemilih loyalis hingga 37 persen. Sementara partai lainnya hanya kisaran 10 persen ke bawah. Warga Jateng yang belum mejatuhkan pilihan atau massa mengambang sebesar 23 persen. Dan jika nanti rekomendasi PDIP jatuh ke Ganjar, pemilihnya berpotensi naik.
“Ganjar Pranowo menjadi kadindat calon gubernur terpopuler dan terkuat dalam survai saat ini. Posisi kedua dan ketiga juga masih ditempati oleh kader PDIP lain. Pak Sudirman Said sudah mulai naik, sekarang sudah tembus dua digit, kisaran 15 persen,” ucapnya.
Sementara, FGD tersebut dinisiasi oleh PPP dengan mengajak Partai Golkar dan Partai Demokrat. FGD tersebut tujuananya untuk melakukan penjajagan membentuk poros baru diajang Pilgub Jateng. Menghadirkan pembicara Teguh Yowono dan wartawan senior Isdiyanto, sekretaris PWI Jateng. Sedangkan dari jajaran partai yang datang hanya selevel sekretaris partai, yiatu Ferry Wawan Cahyono dari Golkar, Yoyok Sukawi dari Demokrat dan Abdul Syukur dari PPP .
Jika poros ini jadi terbentuk dan juga memutuskan untuk mengusung calon sendiri, menurut Teguh, poros ini bisa dikatakan bonek. Dikatakan bonek, karena poros ini nekat mengusung calon sementara peluang untuk menang sangat kecil. Pengalaman pada Pilgub tahun 2013 bisa dijadikan pelajaran.
“Sangat berat kalau ngusung calon sendiri. Kalau gabung dengan kubu Gerindra, PKS dan PAN yang mengusung Pak Sudirman maka peluangnya fifty fifty. Namun kalau sekalian gabung ke kubu PDIP, maka potensi menang lebih besar,” tegasnya.
Sementara, Isdiyanto, mengatakan, Pilgub akan lebih menarik kalau poros ini nantinya juga mengusung calon sendiri. Dengan banyak calon, maka pemilih akan memiliki banyak pilihan. Soal menang dan kalah itu soal lain. “Harapan kami, munculnya poros ini tidak diseain dari sebuah partai, namun karena menjalankan tupoksi partai dalam pilkada,” tegasnya.
Pengurus DPD Partai Golkar Tety Indarti, mengatakan pertemuan ini adalah penjajagan dibentuknya poros baru, menghadapi Pilgub Jateng. Dalam beberapa hari ke depan, akan dilakukan pertemuan lagi yang dihadiri oleh level ketua DPW/DPD partai. “Hasil dari FGD ini akan disampaikan ke ketua kami, selanjutnya akan disampaikan DPP. Karena yang menentukan nanti adalah DPP,” kata Sekretaris Komisi C DPRD Jateng ini. (zp/03)