Perempuan Perlu Tahu Penyakit Lupus
JAKARTA – Lupus merupakan penyakit yang sering menyerang perempuan. Penyakit ini juga menyerang selebriti dunia, Selena Gomez, bahkan karena penyakit ini, ia juga mengalami gagal ginjal. Hal ini bisa terjadi karena lupus merupakan penyakit autoimun yang rentan menyebabkan komplikasi terutama pada ginjal. Lupus lebih banyak menyerang perempuan usia produktif, sulit dideteksi, dan tidak mudah disembuhkan. Oleh karena itu, penting bagi perempuan untuk mengetahui tentang penyakit lupus.
Head of Health Claim Department Sequis dr. A.P. Hendratno mengatakan, gejala awal penyakit lupus seringkali tidak terdeteksi karena gejala yang ditunjukkan tidak khas dengan manifestasi klinis yang bervariasi dari ringan sampai berat. Tingkat keparahannya pun dari ringan, berat hingga mengancam jiwa. Secara umum, tanda fisik yang sering dikeluhkan pasien, seperti kelelahan berlebihan, nyeri sendi, demam sangat tinggi, sensitif pada sinar matahari, dan berat badan terus turun.
“Lupus bukan disebabkan oleh penurunan daya tahan tubuh tetapi kondisi kekebalan tubuh yang kehilangan kemampuan membedakan sel dan jaringan tubuh sendiri dengan substansi asing sehingga sistem kekebalan tubuh malah menyerang sel, jaringan, dan organ tubuh itu sendiri. Sebaiknya, obat atau suplemen untuk meningkatkan daya tahan tubuh (imunostimulator) dihindari atau tidak dikonsumsi. Jika gejala awal sudah terlihat, lebih baik segera periksakan diri ke dokter untuk mengetahui diagnosa awal, mendapatkan pengobatan, dan mengontrol respon autoimunitas untuk mengurangi kerusakan organ yang diserang.,” ujar dr. Hendra, Senin (13/5/19).
Ia menegaskan agar selagi sehat sebaiknya aktif menjalankan gaya hidup sehat untuk mencegah terjadinya penyakit lupus. “Sebaiknya kita terutama perempuan mempraktikkan gaya hidup sehat, tidak merokok, dan rutin berolahraga. Sementara mereka yang penyakit lupusnya sudah terkontrol sebaiknya menghindari faktor pencetusnya, seperti paparan sinar matahari langsung, stres, dan tidak mengonsumsi obat-obatan yang tidak perlu apalagi tanpa sepengetahuan dokter, jangan lupa gunakan lotion pelindung kulit pada bagian kulit yang akan terpapar sinar matahari,” tambah dr. Hendra.
Ia juga menyarankan agar tetap melakukan kontrol ke dokter setiap 6 bulan sampai dengan 1 tahun sekali untuk mengevaluasi kesehatan karena interaksi dengan sekitar dapat memicu penularan penyakit.
Lebih lanjut Tentang Penyakit Lupus
Dokter spesialis penyakit dalam OMNI Hospitals Pulomas, dr.Suzy Maria, Sp.PDmenimpali, tidak mudah mendiagnosis penyakit lupus bahkan sering kali terlambat karena gejala yang sering tidak khas di awal perjalanan penyakit. Kata dr Suzy, gejala penyakit lupus pada setiap penderita berbeda-beda, tergantung dari organ apa yang terserang.
Data yang dilansir oleh Kemenkes pada tahun 2017 pun menyebutkan bahwa jumlah penderita penyakit lupus di Indonesia diperkirakan mencapai 1,5 juta orang dan dari 1,5 juta orang Indonesia yang terkena lupus hanya sekitar 1% yang menyadari dirinya menderita penyakit tersebut.
“Interaksi yang kompleks antara genetik dengan lingkungan dapat menjadi pemicu terjadinya lupus. Faktor lingkungan seperti stres dan sinar matahari dapat menjadi pencetus munculnya penyakit lupus pada orang yang memiliki kerentanan genetik. Stres dapat menyebabkan perubahan pada sistem saraf dan hormonal yang memengaruhi sistem imun. Paparan sinar matahari yang berlebihan pada siang hari dapat menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan yang dapat menimbulkan respon autoimunitas,” ujar dr.Suzy.
Katanya lagi, setelah gejala awal yang telah disebutkan di atas, ada beberapa tanda fisik yang khas, seperti rambut menipis hingga botak, bercak merah pada kulit wajah di daerah pipi (ruam menyerupai kupu-kupu), sariawan berulang. Tanda lebih lanjut yang muncul bila sudah terjadi gangguan lanjutan, seperti bengkak pada seluruh tubuh akibat kadar albumin dalam darah di bawah normal (hipoalbuminemia) karena gangguan ginjal, lemah, dan pucat karena anemia, lebam kulit, mimisan, gusi berdarah akibat trombosit rendah bahkan penurunan kesadaran atau kejang karena ada keterlibatan sistem saraf.
Penyakit lupus ada yang ringan, sedang, dan berat. Dr. Suzy menyarankan agar pada tahap ringan pun, bila sudah terserang lupus harus mendapatkan perawatan medis untuk mengontrol respon autoimunitas dan mengurangi kerusakan organ lebih lanjut.
“Dokter akan memberikan obat anti radang dan obat lainnya untuk mengontrol respon autoimunitas. Jenis obat yang diberikan bergantung pada organ apa yang terlibat pada lupus dan seberapa berat gangguan yang ditimbulkannya,” tambah dr. Suzy.
Adapun lupus disebut ringan bila stabil secara klinis. Pada tahapan ini tidak mengancam nyawa dan tidak menyebabkan kerusakan bermakna. Pada lupus sedang, baru menimbulkan penyakit yang lebih serius dan cedera ringan. Sementara, jika terkena lupus tahap berat bisa mengancam nyawa. Akan tetapi, lupus yang berat dapat saja mengalami remisi atau sebaliknya lupus yang awalnya ringan sempat mengalami remisi dapat mengalami flare (gejala yang secara tiba-tiba menjadi derajat berat) atau menjadi lupus berat.
Penyakit Lupus Pada Perempuan
“Hormon seksual pada perempuan dapat memodulasi sistem imun itulah sebabnya dapat terjadi penyakit autoimun, terutama pada perempuan dengan kerentanan genetik. Pada perempuan dengan penyakit lupus dalam keadaan hamil, dapat menimbulkan komplikasi yang membahayakan ibu dan janin,” ujar dr. Suzy.
Ia menyarankan agar pasien penyakit lupus mengomunikasikan pada dokter jika berencana menikah dan punya anak karena penyakit ini juga menjadi penyebab meningkatnya kematian janin dalam rahim.
“Umumnya kurun waktu sekitar 6 bulan setelah remisi (keadaan penyakit terkontrol) adalah waktu yang aman untuk merencakan kehamilan, sedangkan jika lupus sudah menyerang ginjal sebaiknya menunda kehamilan sampai 12 bulan setelah remisi. Tentu dokter akan menyesuaikan obat yang diberikan pada pasien lupus sebelum ia hamil, yaitu obat yang aman dikonsumsi saat kehamilan,” tambah dr.Suzy.
Ia juga menegaskan bahwa dokter akan menambahkan obat lain untuk melindungi ibu dan janin selama kehamilan bila ada penyulit atau penyakit penyerta.
Sequis Lady Protection Rider Sebagai Upaya Preventif
Biaya pengobatan penyakit seperti lupus tentunya bergantung pada kondisi, jenis obat, dan terapi yang disarankan. Mengingat biaya perawatan dan pengobatan penyakit lupus terbilang tidak murah dan perawatan berkelanjutan perlu dilakukan sebelum berkembang menjadi kondisi berat dan biaya pengobatan pun menjadi semakin tinggi.
Vice President of Life Operation Division Sequis Eko Sumurat menyampaikan bahwa penyakit lupus dapat dicover oleh Sequis melalui asuransi kesehatan dan asuransi penyakit kritis selama bukan kondisi bawaan lahir atau kondisi yang sudah ada sebelum tertanggung membeli polis. Eko meyakini bahwa asuransi dapat membantu masyarakat mewujudkan hari esok yang lebih baik jika dimiliki sejak muda, masih produktif, dan sehat.
“Mengingat risiko penyakit, seperti lupus dapat menyerang pada usia produktif maka segera lengkapi diri dengan asuransi kesehatan dan penyakit kritis,” kata Eko.
Apalagi katanya, perempuan sebagai ibu memiliki peran penting untuk membangun keluarga dan banyak juga perempuan yang memegang peran penting dalam berbagai industri sehingga diharapkan kita dapat menekan jumlah prevalensi lupus dengan memiliki gaya hidup sehat, mengetahui bahaya penyakit yang rentan menyerang perempuan, seperti lupus, dan melindungi kondisi keuangan dengan asuransi kesehatan dan penyakit kritis untuk mencapai hari esok yang lebih baik.
Salah satu produk unggulan Sequis untuk mengantisipasi risiko yang mungkin terjadi khususnya bagi kaum wanita adalah Sequis Lady Protection Rider(SQLPR). Manfaat dari SQLPR ini adalah memberikan penggantian sejumlah Uang Pertanggungan jika Tertanggung mengalami Systemic Lupus Erythematosus (SLE).
Ini merupakan penyakit autoimun, yaitu jaringan dan sel tubuh mengalami kerusakan akibat terbentuknya auto-antibodi dan kompleks kekebalan yang bersifat patologis. Adapun fungsi ginjal dari Tertanggung terganggu oleh SLE (yang harus terklasifikasi sebagai lupus nephritis Tipe III sampai dengan Tipe V menurut klasifikasi hasil biopsi ginjal dari WHO) dan diagnosa harus dikonfirmasikan oleh seorang ahli Rheumatologi yang terdaftar (informasi selengkapnya akan dijelaskan dalam Ketentuan Polis). (ZP/07)