Sekolah Jurnalistik PWI Jateng-FH Unissula, Upaya Bekali Mahasiswa Etika Berpikir dan Menulis

0

SEMARANG – Persatuan Wartawan Indonesia Jawa Tengah (PWI Jateng) menggandeng Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung (FH Unissula) Semarang melanjutkan komitmen kerja sama bidang pengetahuan jurnalistik dan penulisan dengan menggelar Sekolah Jurnalistik Angkatan XXIII melalui daring pada Selasa 10 Juni 2025.

Kegiatan guna mengasah keterampilan menulis dan pemahaman berjurnalistik ini dibuka oleh Dekan FH Unissula Dr Jawade Hafidz SH MH, dan dikuti oleh 71 mahasiswa reguler dan mahasiswa berstatus Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) atau sudah bekerja dan berkarya yang mengikuti pengajaran secara antusias.

Hadir secara virtual dalam acara pembukaan yang dipandu wartawan RRI Bakhtiar Rivai, Wakil Dekan I FH Unissula Dr Widayati SH MH, Wakil Dekan II Dr Denny Suwondo SH MH, Kaprodi S1 Ilmu Hukum Dr Muhammad Ngazis SH MH, Sekretaris Prodi I Dr Ida Musofiana SH MH, dan Dini Amalia Fitri SH MH.

Selain Ketua PWI Jateng Amir Machmud NS, tim PWI lainnya yaitu Setiawan Hendra Kelana (Sekretaris PWI ), Alkomari (Bidang Pendidikan/kepala sekolah jurnalistik), Widiyartono Radyan (Ketua Badan Uji Kompetensi Wartawan PWI), dan Budi Sutomo (Bidang Advokasi/Hukum PWI).

Dalam sambutannya, Ketua PWI Amir Machmud NS menyampaikan, sekolah jurnalistik merupakan komitmen bersama PWI dan FH Unissula untuk melanjutkan kerja sama dalam rangka membekali mahasiswa fakultas hukum terkait perkembangan dunia jurnalistik, serta teknologi informasi secara umum.

Selain itu, memberikan keunggulan komparatif bagi peserta, sehingga kelak menjadi lulusan yang lebih kompeten dan punya nilai tambah.

Menurut dia, transformasi teknologi informasi saat ini sangat berpengaruh pada kinerja berjurnalistik , bermedia, dan menuntut mahasiswa beradaptasi dengan TI, khususnya Artificial Intelligence (AI). Yang ditekankan dalam sekolah ini adalah bagaimana mengedepankan etika dalam bermedia.

Perkembangan AI atau kecerdasan buatan, lanjut Amir akan mengubah mindset penyampaian informasi. Maka di dalam ruang akademik, tantangan yang dihadapi adalah bagaimana menyikapi AI sebagai kebutuhan, dengan cara-cara yang berbingkai etika.

”Jangan sampai AI menjerumuskan sesat pikir dalam mengakses, mengolah, dan menyampaikan informasi. Di sinilah pengajar sekolah jurnalistik akan mengajarkan tentang bagaimana semestinya menulis yang sesuai kaidah-kaidah jurnalistik dan standar yang bisa dipertanggungjawabkan. Sehingga nanti, ketika TI memberikan kemudahan, kita tak sekadar serap sebagai realitas tapi diolah dengan kematangan berpikir dan kematangan bertujuan,” kata penulis buku-buku jurnalistik ini.

Amir berharap kerja sama PWI dan FH Unissula terus berlanjut dalam bingkai etika kepenulisan, seni penulisan, dan standar jurnalistik guna memberikan bekal bagi mahasiswa yang kemungkinan terjun dalam dunia media.

*Saling Dukung*

Sementara itu, Dekan FH Unissula Jawade Hafidz mengungkapkan, sekolah jurnalistik yang memasuki Angkatan XXIII menunjukkan bukti bahwa kerja sama yang dibangun PWI dan FH Unissula berjalan dalam suasana akrab dan saling dukung.

”Maka kami berterima kasih dan memberikan apresiasi kepada PWI atas kemitraan ini. Ke depan sekolah ini bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas peserta. Kita bisa merancang kegiatan yang bersifat insidental, selain yang terjadwal,” kata Jawade.

Dia juga meminta kepada para mahasiswa untuk tidak menganggap sederhana sekolah ini. Pasalnya, karena kegiatan ini merupakan prasyarat studi dan kelulusan bagi mahasiswa FH. Kedua, selaras dengan UU Pendidikan Tinggi terkait Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia guna membentuk SDM unggul.

Namun yang jelas, kata dia, dari Sekolah Jurnalistik ini mahasiswa akan belajar berbagai etika, yaitu etika berpikir, etika berkomunikasi, dan etika menulis.

”Etika berpikir berkait cara berpikir konstruktif, bukan destruktif. Salah satunya terbiasa mencari informasi yang benar dan akurat. Etika komunikasi, mengajarkan bentuk-bentuk komunikasi yang santun. Etika menulis, akan menjadikan kita penulis yang baik, penyampai kebenaran dan bukan penyebar hoaks. Apapun profesinya nanti, di mana akan bertugas, selalu menjaga kebenaran dan etika,” imbuhnya.

Dalam sekolah jurnalistik tersebut, Setiawan Hendra Kelana membuka materi ajar tentang Hukum Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Materi tersebut melingkupi etika bermedia dan alasan mengapa berjurnalistik itu diatur.

Sedangkan Alkomari menyampaikan materi tentang Konrvegensi Media, Widiyartono R mengupas Teknik dan Praktik Penulisan Artikel Ilmiah Populer, serta Budi Sutomo memberi materi soal Teknik dan Praktik Menulis Pendapat Hukum (Legal Opinion).**

Tinggalkan pesanan

email kami rahasiakan

Verified by MonsterInsights