Industri Properti Khawatirkan Pelemahan Rupiah
SEMARANG- Industri properti di Tanah Air mulai khawatir atas gejolak nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Jika melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berlangsung lama, dikhawatirkan banyak pengembang properti yang kolaps.
Kurs dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah terus menguat. Hingga kini, rupiah berada di kisaran Rp 14.615 per dolar AS. Jumlah tersebut merupakan level tertinggi sejak tiga tahun terakhir.
Wakil Ketua Bidang Promosi, Humas dan Publikasi DPD REI Jateng, Dibya K Hidayat mengatakan, mulai waspada dengan kenaikan dolar karena akan berpengaruh besar pada properti terlebih pada Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang akan ikut naik.
“Yang paling perlu diwaspadai melemahnya nilai rupiah. Rupiah yang tidak stabil akan berdampak pada BI Rate yang beranjak naik, sehingga berimbas ke KPR. Ini tidak mendukung penjualan perumahan,” kata Dibya, Rabu (15/8).
Dibya mengatakan, kanaikan dolar juga memberi pengaruh besar terhadap naiknya bahan bangunan terutama bahan yang impor seperti besi.
Ia melanjutkan, saat ini penjualan properti juga mulai lesu karena suhu politik di Indonesia mulai memanas menjelang pemilihan legislatif serta Pilpres 2019.
“Cuaca properti memang sedang tidak bagus. Namun ini kelihatannya di semua sektor bisnis dan sektor jenis usaha. Apalagi menyangkut sedikit perekonomian kita terpegaruh suhu politik,” jelasnya.
Dijelaskan, kondisi saat ini hampir sama dengan tahun 2014 yang sama-sama masuk di tahun politik, yang berakibat pada penjualan properti yang turun drastis.
“Tahun 2014 sama terjadi penurunan. Tapi kita naik lagi (penjualan properti) tahun 2015,” ujarnya.
Ia pun berharap agar kondisi politik bisa kondusif agar kejadian 2014 tersebut tidak terulang kembali. “Kami dari sektor pegusaha mengharapkan jangan terjadi, (seperti tahun 2014 lalu,” pungkasnya. (ZP/05)